Kata siapa menjadi mahasiswa kelas internasional itu mudah? Jika ingin lolos ke dalam kelas itu hanya agar terlihat keren lebih baik mundur dari sekarang. Nyatanya menjadi bagian dari kelas internasional bagi Changbin tak ubahnya seperti berkuliah di dalam neraka. Bukan perkara dosennya, juga bukan perkara teman-temannya, tapi soal ekspektasi dan kurikulum yang diterapkan.
Changbin duduk menyandar tembok di teras rumahnya memandangi jalanan kompleks yang sesekali dilewati orang. Pandangannya terlihat nelangsa dan mulutnya berkedut menahan keluhan yang ingin tercurahkan. Pagi tadi ia mendapat kabar baik dan buruk di grup kelasnya yang membuatnya jadi stres mendadak.
Baiknya, di semester 7 besok mereka sudah bisa mengambil skripsi, itu artinya kuliah mereka bisa lebih cepat selesai. Tapi berita baik tak selalu berdiri sendiri, ada berita buruk yang menyertai. Surat edaran dari dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis baru saja keluar dengan isi yang menyatakan bahwa mahasiswa kelas internasional diwajibkan membuat tugas akhir dalam bahasa inggris. Itu artinya skripsi mereka harus sepenuhnya menggunakan bahasa inggris dengan mempertimbangkan segala grammar yang harus tepat dan benar.
Changbin yakin dirinya bisa, tapi skripsi tak semudah itu. Mengerjakan artikel yang hanya beberapa lembar saja rasanya ia sudah mau menangis, apalagi skripsi yang tebalnya beratus lembar. Mungkin setelah selesai mengerjakan skripsi Changbin sudah berubah menjadi batu candi.
Ketika Changbin masih meratapi nasibnya, suara dari gerbang rumahnya mengalihkan perhatiannya dan seketika segala masalah yang ia pikirkan musnah entah kemana. Mangsanya mendekat!
"Ada apa, Fel? Tumben kesini," ucap Changbin sembari membuka gerbang rumah agar Felix bisa masuk.
Pemuda manis itu hanya tersenyum dan menyerahkan toples ke arah Changbin. Pemuda itu tentu bingung namun tangannya tetap bergerak menerimanya.
"Ini apa?"
"Tadi aku mencoba membuat kue kering dan aku ingin memberikan beberapa padamu sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah memberiku tumpangan."
Changbin membuka toples tersebut dan menemukan kue kering yang sangat menggiurkan. Terlihat sangat enak, apalagi Felix yang membuatnya. Jika boleh, rasanya Changbin mau menyimpannya dan ia pajang di dalam etalase.
"Terima kasih, aku akan menghabiskannya sendiri dan tidak akan aku bagi ke orang lain," ucap Changbin dengan kesungguhan hati.
Felix tertawa kemudian menggelengkan kepalanya dengan sangat manis.
"Bagi juga untuk om dan tante, kalau kau suka nanti biar aku buatkan lagi."
Rezeki nomplok! Changbin mana mungkin menolak. Tiba-tiba terbesit sesuatu di kepalanya, ia harus mulai melancarkan modusnya selagi ada kesempatan.
"Kuenya banyak. Bagaimana jika kita barter?"
Felix mengerjap bingung kemudian bertanya dengan penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...