Clarity IV

2.2K 320 242
                                    


"Ih nanti saja!"

"Pakai sekarang sayang, di jalan dingin."

Para anggota mapala yang sedang berkumpul di pelataran kampus menoleh ketika mendengar keributan dari dua orang laki-laki yang baru datang. Disana Changbin sedang memaksa Felix memakai jaket tebal yang ia bawa dan Felix menolak dengan tegas. Keduanya sangat berisik dan asik pada perdebatan mereka tanpa menyadari jika mereka diperhatikan.

"Kemarin ribut soal bukan kekasih, sekarang setelah menjadi kekasih malah ribut soal jaket. Dasar pasangan rusuh," celetuk salah satu anggota mapala membuat Changbin dan Felix seketika diam dan menoleh ke arah mereka.

Felix merasa malu sedangkan Changbin justru bangga disebut sebagai pasangan rusuh. Pikirnya mereka itu mirip Joker dan Harley Quinn. Aduh dasar Changbin.

Sudah menjadi rahasia umum jika dua laki-laki beda perawakan itu berkencan. Bagaimana tidak, Changbin saja sering sesumbar pada orang lain bahwa dirinya kekasih Felix. Atau ketika Changbin berteriak memanggil sayang di halaman parkir kampus, tentu semua orang mendengarnya.

Changbin mendekat pada Felix kemudian menaik turunkan alisnya dengan tengil sembari berucap iseng seperti biasa.

"Cie malu-malu kucing."

Felix yang malu mendorong bahu Changbin agar menjauh darinya, namun ketika matanya menangkap sosok perempuan anggota fotografi yang sering mendekati Changbin, pemuda manis itu kembali menarik tangan kekasihnya mendekat.

Ngomong-ngomong soal perempuan itu, sudah lama Felix tidak melihatnya berkeliaran di sekitar Changbin. Lebih tepatnya setelah ia dan Changbin resmi berpacaran, perempuan itu tidak lagi menempel dengan menyebalkan seperti parasit. Ah, kenapa Felix jadi berpikiran jahat begini?

"Kau ikut mendaki juga?" Tanya Changbin basa-basi pada perempuan itu. Felix melengos, malas menatap kekasihnya bercakap dengan orang lain.

"Iya, karena aku dengar kalian akan mendaki gunung yang kecil jadi aku ingin ikut juga. Boleh, kan?"

TIDAK BOLEH! Rasanya Felix ingin berteriak begitu, tapi mau ditaruh dimana wajahnya jika berteriak pada perempuan? Sangat tidak gentle kan? Akhirnya Felix hanya menyimpan kekesalannya dalam hati ketika Changbin menjawab perempuan itu.

"Tentu saja boleh, siapa saja boleh ikut asalkan kuat mendaki. Ya kan, sayang?"

Felix melirik perempuan tadi, kemudian senyum kemenangan muncul di bibirnya. Pemuda manis itu mengangguk lalu menggenggam tangan Changbin untuk pamer pada perempuan yang sedang menatapnya dengan pandangan tidak suka. Biar saja. Felix tidak peduli. Lagipula perempuan macam apa yang akan ikut pendakian yang isinya hanya laki-laki? Memangnya tidak takut apa.

Setelah semua personel lengkap, mereka segera berangkat menuju lokasi pendakian. Felix membonceng Changbin tentu saja, kan mau romantis-romantisan dengan kekasih. Padahal yang terjadi malah kerusuhan antara sepasang kekasih itu.

"Fel, nanti di tenda berduaan denganku berarti yang ketiga ada?"

Felix melotot kemudian memukul helm Changbin dengan ganas. Felix itu penakut, tapi kekasihnya dengan tega malah menakut-nakuti dia.

"Ada cintaku yang hanya untukmu, sayang. Galak sekali kekasihku ini, tapi aku tetap sayang sih."

Felix masih kesal namun Changbin malah terus-terusan bicara dengan iseng. Felix menatap punggung kekasihnya kemudian menulis sesuatu disana membuat Changbin tersenyum ketika paham dengan apa yang Felix tulis.

"Aku juga mencintaimu," ucap Changbin dengan senang.






"Masih dingin?"

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang