You Are My Miracle IV

2.4K 328 188
                                        

Ada satu alasan kuat yang melatar belakangi perasaan tidak suka Changbin terhadap Hyunjin. Itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, ketika dirinya dan Felix masih berkencan. Ada satu. Perilah Hyunjin yang pernah mengecup bibir Felix dikarenakan permainan truth or dare yang sekarang sangat Changbin benci. Memang hanya kecupan singkat, tapi Changbin yang pada dasarnya sangat posesif terhadap Felix tentu saja merasa tidak terima.

Lalu sekarang, ia dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Ia benci tapi mau tidak mau ia lakukan demi Felix agar tidak lagi marah padanya. Jantung Changbin bergemuruh hebat karena rasa marah yang meletup, tangannya meremat setir mobil dengan erat untuk menahan rasa kesalnya. Sedangkan Felix? Pemuda manis itu justru bersenandung senang di kursi penumpang tanpa peka terhadap perubahan raut wajah suaminya.

"Sudah sampai," ucap Changbin pelan setelah menghentikan mobilnya di halaman sebuah galeri seni.

Dengan semangat Felix melepas seatbeltnya lalu menahan tangan Changbin yang akan turun dari mobil.

"Mau kemana?"

"Turun."

"Kau disini saja, tidak boleh ikut."

Changbin ingin protes namun Felix lebih dulu turun dari mobil dan berjalan dengan riang memasuki galeri seni milik Hyunjin. Changbin hanya memperhatikan kemudian ia memejamkan matanya untuk menahan emosi yang bergejolak.







"Hyunjin!"

Hyunjin yang sedang memperhatikan sebuah lukisan di salah satu sudut galeri menoleh ketika mendengar suara riang dari belakangnya. Belum sempat ia menjawab tubuh tingginya sudah terhuyung ke belakang karena pelukan tiba-tiba dari sahabatnya.

"Kesini dengan siapa, Fel?" Tanya Hyunjin setelah menatap sekeliling dan tidak menemukan suami Felix yang menurutnya sangat galak.

"Dengan Changbin," jawab Felix masih betah memeluk Hyunjin. Bawaan bayi, ia ingin memeluk sahabatnya yang tampan itu.

"Orangnya mana?"

"Di mobil."

Kening Hyunjin berkerut, ia sangat tau bagaimana suami sahabatnya membenci dirinya, tidak mungkin jika lelaki itu membiarkan Felix menemui Hyunjin tanpa pengawasan. Berpelukan begini pula.

"Dalam rangka apa kesini?"

"Jisung sedang ingin bertemu dengan pamannya," ucap Felix melepas pelukannya dan mengelus perutnya pelan.

"Jisung siapa?"

"Anakku," ucap Felix masih terus megelus perut buncitnya. Sedangkan Hyunjin menatapnya bingung.

"Memang sudah pasti anakmu laki-laki?"

Felix berkedip lucu kemudian menggeleng pelan membuat Hyunjin hanya bisa bersabar menghadapi sahabatnya yang sedang hamil itu.

"Tumben boleh menemuiku?" Tanya Hyunjin mengalihkan pembicaraan.

"Tidak tau, aku hanya meminta bertemu denganmu dan dia tidak mengizinkan, ya sudah aku ngambek. Tapi tiba-tiba Changbin memakaikan jaket padaku dan membawaku kesini."

"Dia bilang apa?"

Felix terdiam, benar juga, suaminya sama sekali tidak mengatakan apa-apa ketika membawanya kesana dan Felix baru menyadari itu.

"Hanya diam," jawabnya dengan polos.

Hyunjin menepuk dahinya dengan agak keras. Bahaya sekali, nyawanya seperti terancam mengetahui fakta itu. Ia lebih memilih Changbin yang akan terang-terangan mengatakan padanya agar tidak menyentuh Felix daripada Changbin yang membiarkannya bebas memeluk Felix. Hyunjin kan takut tiba-tiba dikirimi santet.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang