Sweet Chaos II

2K 327 197
                                        

"Kakak manis masih marah?"

Felix memejamkan matanya ketika tiba-tiba mendengar suara yang ia benci berada di dekatnya. Ayolah, Felix hanya ingin menikmati malam sembari menonton tv, tapi kenapa Changbin selalu muncul tanpa diundang? Lagipula seingatnya seluruh pintu sudah ia kunci, lalu anak itu masuk lewat mana?

Felix acuh dan pura-pura tidur, namun ia tetap waspada karena takut Changbin akan kembali menggigitnya. Ini baru hari pertama ia ditinggal di rumah sendiri, tapi Changbin sudah bisa bergerilya dengan kurang ajarnya. Pemuda manis itu meremat bantal sofa yang dipegangnya ketika ia merasakan hembusan nafas menerpa wajahnya dengan tiba-tiba.

Changbin berjongkok di hadapan Felix, anak itu hanya diam memperhatikan wajah Felix yang terpejam tanpa menyentuhnya sedikitpun. Changbin hanya akan menyentuh Felix ketika pemuda manis itu membuka mata karena Changbin merasa dirinya adalah laki-laki sejati. Ia tak akan memanfaatkan keadaan, jadi ia lebih suka menggoda kakak manisnya ketika sedang dalam keadaan sadar karena Felix yang sedang marah itu menggemaskan.

"Manis sekali, apalagi jika tersenyum. Sayangnya aku belum pernah melihat senyum kakak untukku."

Changbin berbisik pelan, takut mengganggu tidur nyenyak kakak manis tetangganya. Ini aneh, tapi ini adalah sebuah kenyataan yang tak bisa ditolak. Ia adalah lelaki normal, ia suka perempuan dan bahkan dirinya pernah berkencan. Namun ada satu waktu dimana ia mempertanyakan kenormalannya ketika melihat seorang laki-laki manis sedang duduk sendirian di sebuah cafe dekat kampus yang ia lewati. Mungkin itu sudah jadi takdir mereka untuk bertemu.

Changbin memperhatikan leher Felix yang ia tinggali jejak tadi. Hanya ada bekas cap gigi disana, tentu, Changbin belum sempat menghisapnya tadi. Beruntungnya Felix memukulnya, jika tidak, mungkin ia akan semakin khilaf dan melakukan sesuatu di luar kendalinya.

"Maaf, tadi aku hanya kelepasan. Habisnya aroma kakak sangat manis, seperti aroma vanilla bercampur cokelat. Aku suka."

Felix merinding mendengarnya. Ia harus beli parfum laki-laki besok agar aromanya lebih maskulin. Ia harus melakukan segala cara agar anak SMA itu menjauhinya. Pokoknya Felix akan berusaha keras membuat Changbin jauh dari hidupnya.

Beberapa saat kemudian Felix sudah tidak merasakan hembusan nafas di wajahnya seiring suara langkah menjauh. Ia membuka mata kemudian menghembuskan nafas lega. Felix celingukan dan segera duduk setelah merasa Changbin sudah pergi.

"Untung saja."

"Untung apa?"

Felix berdiri karena terkejut sampai kakinya terantuk meja. Ia meringis sakit setelah dirinya menabrak meja dengan keras. Sial sekali dirinya. Changbin masih ada di rumahnya dengan membawa selimut di tangannya. Untuk apa?

"Aku ke kamar kakak manis sebentar untuk mengambil selimut, tapi aku tidak mengira kakak akan bangun."

Senyum Changbin mengembang. Ia senang. Jika Felix bangun itu artinya ia bisa menggodanya dan juga... Menyentuhnya.

Changbin berjalan mendekat. Felix panik, namun Changbin justru jadi gemas melihat wajah panik itu. Sepertinya tingkahnya tadi siang membuat Felix jadi takut padanya. Lucu sekali.

"M-— mau.. Mau apa kau?"

Felix merutuk dalam hati ketika ia jadi gugup mendadak. Bicaranya pun jadi tergagap, kalau begitu kan ia jadi gagal seram. Padahal niatnya ingin membuat Changbin merasa terancam dengan kegalakannya.

"Menurut kakak aku mau apa?"

Sial. Felix sendirian di rumah. Jika berteriak juga malu karena ia merasa tidak macho dan jadi terlihat seperti perempuan yang akan diperkosa. Tapi... Bagaimana jika Changbin benar-benar akan memperkosanya? Atau menculiknya? Membunuhnya? Felix takut!

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang