BAB 3 & BAB 4 - THE LAST ONE

2.5K 376 26
                                    

BAB 3 - JAKE WAYDER

Salah satu dari tiga pria itu menyimpan masa lalu kelam.

—ווח

HIRUK-PIKUK kota Ashland siang ini cukup ramai. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Alice sampai di seberang toko Dempsey. Toko itu yang paling tua di antara toko lainnya. Mungkin kebanyakan pemilik akan merenovasi tokohnya agar menarik banyak pengunjung serta mengikuti zaman. Namun, hanya toko Dempsey yang kental akan arsitektur kunonya. Alice rasanya seperti melihat toko tahun 90-an.

Saat jalanan mulai sepi, gadis itu segera menyebrang. Terik matahari membuatnya menyipitkan mata ketika mendongak menatap nama toko tersebut. Tidak salah lagi, toko itu masih sama seperti dalam penglihatannya. Dinding kayu berwarna hijau tua dengan perpaduan hitam dan emas di beberapa sisi. Sebelum masuk, Alice menarik napas dalam-dalam, lalu mendorong pintu toko, menimbulkan suara lonceng yang begitu khas.

Matanya mengedar, tak mendapati seorang kakek tua yang dulu pernah dilihatnya menjaga tempat kasir. Ia menduga kakek itu adalah pemilik toko. Terlebih tak ada pegawai lain. Ditambah toko sedang sepi, hanya dirinya satu-satunya pelanggan siang ini. Sambil menunggu, Alice berjalan melihat-lihat benda yang dijual di sana. Ada gantungan kunci, kalung, gelang, dan masih banyak benda yang terbuat dari logam emas.

Dulu saat Alice mengunjungi tempat ini ia tidak membeli apapun. Sekarang pun rasanya Alice belum bisa memilih salah satu dari sekian banyak barang antik di sana. Tiba-tiba saja, suara gaduh dari ruangan sebelah meja kasir mengejutkannya. Alice perlahan berjalan mendekat, "Permisi?"

Tepat saat itu, terlihat seorang kakek muncul dari ruangan tersebut sambil membawa dua kardus yang hampir menutupi wajahnya. "Oh, halo, Nona." Kakek itu berjalan ke balik meja kasir dan menyimpan kardus tadi di atas lantai kayu. "Ingin membeli sesuatu?"

Alice mengamati penampilan sang kakek. Baju kuno, rambut putih acak-acakan dengan kaca mata bulat kecil yang merosot. Penampilannya tak berubah. "Aku ingin menanyakan sesuatu." Alice segera mengambil teropong dari dalam tasnya. "Ini. Apa Anda yang membuat teropong ini?"

Kakek itu menyipitkan mata sambil menatap teropong yang kini berada di tangannya. "Hmm, rasanya tak asing." Ia segera mengambil kaca pembesar dan mengamati setiap lekuk serta ukiran teropong itu. "Thomas ...," ucapannya terhenti. Alice melihat mata kakek itu sedikit melebar.

"Aku ingat. Ini memang buatanku." Kakek itu memberikan kembali teropong tersebut pada Alice. "Tapi bagaimana Nona bisa memilikinya?"

"Thomas Sal-"

"Ssst!"

Alice seketika membeku. Dilihatnya kakek itu tiba-tiba meletakkan telunjuk di bibir, menyuruh Alice untuk diam. Sontak saja ia merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Apalagi ketika melihat kakek tersebut dengan cepat mengambil kertas dan bolpoin, lalu menggesernya ke arah Alice.

Ia memberikan pandangan tak mengerti. Namun, kakek itu mengisyaratkan Alice untuk menulis perkataannya tadi di kertas tersebut. Dengan ragu, Alice menuruti permintaannya. Kemudian ia kembali memutar kertasnya ke arah sang kakek.

Thomas Salvatore adalah nama ayahku.

Kakek tersebut sontak melotot terkejut. Cukup lama ia menatap Alice dengan pandangan yang sulit diartikan, sebelum akhirnya menoleh ke arah jendela toko. "Jadi, apa yang ingin kau ketahui dari teropong ini?" Pandangannya mengedar seperti mencari sesuatu di luar sana.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang