Bab 50 - Berkemah

37K 4K 292
                                    

Ia berlari karena mencoba untuk menghindar, bukan mencoba untuk mengejar. Dan karena itulah, dirinya merasa seperti seorang pecundang. Yang kalah sebelum berperang.

-וו×-

SEJAK kejadian tak terduga yang dilakukan Zero padanya -dua hari yang lalu, Alice berusaha keras untuk menghindari lelaki itu. Selain Alice takut Zero melakukan hal yang lebih gila itu, ia juga tak mengerti maksud Zero dengan akan melindunginya. Dulu Zero sangat ingin membunuh Alice. Sekarang lelaki itu malah berniat melindunginya. Sungguh Alice benar-benar tak tahu bagaimana harus menghadapi lelaki itu. Alice hanya berpikir, Zero memang sudah gila.

Sekarang ia sedang membereskan buku-bukunya. Alice baru saja selesai piket. Ana dan Helen sedang ke kelas Lexi. Entah ada urusan apa, Alice tak tahu. Jadi sekarang hanya ada dia di kelasnya. Namun tiba-tiba, Alice merasakan kehadiran seseorang.

Oh tidak! Apa mungkin Zero? Lelaki itu seperti hantu saja. Selalu mengikutiku dan muncul tiba-tiba. Menyeramkan.

Dengan wajah malas, Alice menoleh ke ambang pintu. Matanya yang semula datar, seketika melebar terkejut. Bukan Zero yang ada di sana, tapi Sean!

DEG! DEG!

Mendadak jantung Alice berdetak sangat cepat. Benar-benar menggila. Ada rasa canggung ketika harus berhadapan dengan Sean seperti ini. Alice ingin berbalik lagi, tapi tak bisa. Tubuhnya mendadak berubah menjadi patung.

"Aku sudah kembali pada Angel. Apa sekarang kalian berteman lagi?" Sean membuka suara. Dan kata-katanya menorehkan luka di hati Alice. Gadis itu mencoba tersenyum.

"Ya, kami sudah baikan. Semua kembali seperti semula."

Please, Sean. Cepat pergi. Sebelum aku menangis di hadapanmu. Alice mengigit kecil bibir bawahnya. Menahan cairan bening yang berusaha menyeruak keluar.

"Baguslah." Setelah itu, Sean berbalik pergi. Menghilang entah kemana.

Alice menghela napas kasar. Air matanya sudah jatuh. Tapi ia tidak terisak. Justru mencoba untuk menghentikan tangisannya. Dalam keadaan seperti ini, ia selalu mencoba untuk tak peduli. Meskipun rasanya sulit.

Tenanglah. Semua akan berlalu. Tentang rasa sakit ini, dan tentang perasaanku.

***

Angin perlahan berhembus, mengusik helaian demi helaian rambut coklat Sean. Namun lelaki itu tak terganggu. Justru menikmatinya. Matanya yang sejak tadi terpejam pun tak berniat sedikit pun untuk terbuka. Meskipun kini, telinganya mendengar suara langkah kaki Angel yang sedang menaiki tangga.

Gadis itu selalu tahu dimana dirinya berada. Seolah Angel mempunyai banyak mata yang membantunya. Tapi justru itulah yang membuat Sean sedikit terganggu. Apalagi seperti sekarang ini. Dimana dirinya ingin menikmati ketenangan di atap sekolah itu. Sendirian. Karena hanya dengan cara itu, Sean bisa sedikit meringankan beban pikirannya.

"Sean!" Terdengar suara teriakan Angel. Gadis itu sepertinya sedang senang. "Bagaimana kalau kita kencan? Hari minggu ini?" tanya Angel yang sudah duduk di samping Sean.

Sean membuka matanya, dan berpikir sejenak. "Aku tak bisa. Ada beberapa urusan."

Angel mengernyit bingung. Setahunya, Sean tak pernah keluar dari sekolah, bahkan di hari minggu. "Urusan? Urusan apa?"

"Bukan apa-apa." Lalu lelaki itu kembali memejamkan matanya. Baru juga beberapa detik, ia kembali membuka mata. Menegakkan tubuhnya yang menyandar pada tembok dan menatap Angel serius. "Aku dengar kau sudah berbaikan dengan Alice. Tapi kenapa aku tak pernah melihat kalian mengobrol bersama?"

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang