Bab 83 - Berpisah

23.6K 3K 222
                                    

Takdir tak pernah memihak kita. Mungkin karena itulah hasil dari perjuangan ini bukanlah apa yang kita harapkan.

—ווח

Niall Horan - Too Much To Ask


ALICE berdiri dalam kekakuan. Sepasang mata merah itu menatapnya angkuh, dengan seulas seringai licik penuh kemenangan. Ketika Alice melihatnya, ia sadar semua tidak akan sama lagi. Lelaki itu menjemputnya. Berharap Alice akan patuh, seperti seekor peliharaan. Tapi di sini ia hanya bisa membeku. Sibuk dengan kebimbangan yang tak berujung. Kemudian lagi-lagi, waktu terus mendesaknya untuk membuka suara.

Suara detak jantung Alice yang sampai ke telinganya, membuat sensasi menyeramkan yang terus mencekam. Ia tahu hari ini mungkin akan tiba. Seperti angin yang mendadak datang berhembus, lalu pergi secepat daun yang meninggalkan pohon di musim gugur. Kebahagiaannya pun terasa seperti bayangan semu, sempat ia rasakan namun akhirnya menghilang tanpa bekas.

Lalu ketika pikiran Alice pergi pada sosok Sean, dadanya tiba-tiba terasa sesak. Ingatan memorinya memutar kembali saat-saat bahagia mereka. Setiap kepingan yang berharga itu kini seperti pecahan kaca yang siap menusuk hatinya.

Kenyataan bahwa ia tak bisa bersama Sean, beribu kali lebih berat daripada perjuangan mereka untuk saling mengungkap cinta. Itu menyakitkan. Di setiap detik ini, ia ketakutan. Takut kehilangan Sean. Takut tak bisa bertemu dengannya. Takut melupakannya. Lalu dalam keheningan yang tersisa, Alice hanya bisa diam sambil terpaku pada wajah di depannya.

"Seperti yang aku duga, kau ada di sini." Suara Chris yang sampai ke belakang Alice, membuat mereka bungkam.

"Sudah cukup melarikan dirinya, Alice."

Alice meneguk ludahnya dengan susah payah. Pikirannya terus bertanya-tanya, apakah ini benar akhirnya? Sebuah akhir menyedihkan dari kisah cintanya.

"Kau tidak bisa lari lagi, Alice."

Alice kembali memandang Chris. Ia melihat lelaki itu berjalan dengan tenang. Mendekat dan semakin mendekat. Refleks ketakutan menyeretnya mundur. Suara orang-orang terkesiap masuk ke telinganya. Mereka ikut menghindar. Namun tidak dengan Paris, Nichole serta Melanie. Ketiga gadis itu justru bergerak maju, berusaha melindungi Alice.

Chris berhenti melangkah. Menatap tiga gadis di depannya dengan tatapan yang masih sama, angkuh. Lelaki itu tiba-tiba mengedarkan pandangannya, seolah sedang mencari seseorang. "Kemana Sean? Kami juga harus menjemputnya," jeda Chris kembali menatap Alice. Lelaki itu lalu menyeringai, "untuk dihukum."

Mata Alice melebar. Satu kata itu, satu kata yang tak ingin ia dengar. "Tidak! Aku mohon. Jangan hukum Sean!" ucapnya refleks. Ia melihat Chris justru tertawa, membuat Alice sedikit terlonjak.

"Jangan menghukumnya?!" Chris bertanya seolah itu adalah kalimat paling konyol yang pernah ia dengar. Raut tak percayanya kini dibungkus oleh tatapan mengejek. "Sean menentang peraturan dengan membawamu kabur. Tentu saja ia harus dihukum."

Lagi-lagi Alice meneguk ludahnya dengan gugup.

Chris terdiam, menatap Alice cukup lama. Seolah sedang menggunakan waktu beberapa detik itu untuk berpikir. "Sebenarnya Sean dihukum hanya karena melakukan satu kesalahan," ucap Chris kembali membuka suara. Ia berjalan semakin dekat ke arah Alice. Lirikan tajamnya yang ia berikan pada Paris, Nichole dan Melanie membuat ketiga gadis itu menyingkir dengan paksa.

"Satu kesalahan besar yang benar-benar fatal." Chris berhenti tepat di depan Alice. Membuat gadis itu harus mendongak menatap wajahnya. "Kau tahu apa itu?"

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang