Bab 64 - Mereka Datang

32.1K 3.5K 554
                                    

Dia tak ingin kalah dari mereka. Karena ketika dia kalah, maka saat itu juga dunianya pergi menjauh. Dan hatinya menjerit penuh kekosongan.

וו×

KEHENINGAN di kamar itu semakin membuat Alice merasa kosong. Ia masih ada di kamar Sean. Duduk di atas kasurnya sambil memeluk kedua lutut. Sudah hampir malam, namun Sean tak kunjung datang. Tapi Alice tetap menunggu. Meskipun ia sendiri tak bisa menebak dimana Sean sekarang.

Setiap ia mengingat wajah kecewa Sean, kesendiriannya semakin terasa menyesakkan. Dan Alice hanya bisa kembali menangis, apalagi saat potongan kejadian dimana Sean menjauh kembali memasuki pikirannya. Alice takut Sean akan pergi terlalu jauh. Menyembunyikan diri seperti sebelumnya. Namun bahkan ia tak bisa menanyakan keberadaan lelaki itu. Rasa bersalah masih memenuhi hatinya. Namun yang membuat Alice merasa lebih buruk lagi, ketika ia mengetahui fakta tentang Darah Pertama, dirinya bahkan akan tetap memilih keputusan yang sama. Alice akan tetap memberikan darahnya pada Zero. Dirinya akan tetap menyelamatkan Zero, bahkan jika Sean memberitahu semuanya saat itu. Alice merasa ... ia benar-benar tak pantas bertemu Sean.

Sedangkan di tempat lain, Sean yang berada di atap sekolah nampak sedang berbaring sambil menatap langit tak berbintang dengan ekspresi datar. Menghabiskan waktunya di sana hingga pagi. Berharap pikirannya berubah jernih ketika merasakan hembusan dingin yang menerpa kulitnya.

***

Alice menatap waspada lorong-lorong asrama Putra yang terlihat sepi. Ia bersembunyi di balik tembok ketika ada guru yang lewat, lalu kembali berjalan melewati tangga-tangga hingga sampai di halaman asrama. Lalu dirinya cepat-cepat berlari menuju sekolah karena bel istirahat sebentar lagi akan berbunyi.

Hari ini Alice membolos. Ia hanya ingin mencari Sean dan berbicara pada lelaki itu. Lagipula rasanya tak mungkin jika Sean berada di kelas, memperhatikan guru menerangkan.Dan Alice sendiri tak bisa menunggu lagi dengan segala perasaan menyiksa itu. Ia hanya ingin meminta maaf. Meskipun nantinya Sean hanya merespon dengan diam. Nyatanya memang Alice lah yang selalu menyembunyikan banyak hal dari Sean. Membuat lelaki itu bahagia lalu menghancurkannya kemudian. Alice sendiri terus menyalahkan dirinya. Membenci dirinya yang seperti ini. Tapi ia tak ingin hubungannya dengan Sean berakhir begitu saja.

Alice ingat, ia pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk menghadapi konsekuensi apapun dari keputusannya. Dan Alice sudah memutuskan berjuang bersama Sean. Terus berada di samping lelaki itu. Ia tak peduli tentang Darah Pertama. Jika perlu Alice akan melawan peraturan tersebut. Alice akan terus bertahan, dan berusaha sebisa mungkin untuk bersama Sean. Karena dia mencintainya. Dan cinta bisa sewaktu-waktu menjadi kekuatan untuk orang yang merasakannya. Dalam keadaan apapun itu.

"Ana!" Alicw refleks berteriak saat dirinya mendapati Ana sedang membawa beberapa tumpuk buku menuju perpustakaan.

"Alice?! Kau kemana saja? Kenapa tidak masuk kelas?" Ana berteriak heboh dan sedikit mempercepat langkahnya mendekati Alice.

"Apa Sean ada di kelas?" tanya Alice cepat. Tak mempedulikan pertanyaan beruntun Ana sebelumnya.

Ana mengernyit heran. "Sean? Tidak. Dia juga tidak masuk." Beberapa saat kemudian, matanya menyipit curiga. "Ada apa dengan kalian? Apa kalian bertengkar?"

Alice justru nampak sibuk dengan kekhawatirannya. "Tidak ada apa-apa. Aku akan mencarinya dulu. Maaf tidak bisa membantumu membawa buku-buku itu." Setelah itu Alice berlalu begitu saja. Bahkan Ana belum sempat bertanya lagi.

"Sean, sebenarnya kau dimana?" Mata gadis itu terus menatap liar sekeliling. Mencari sosok Sean yang mungkin saja sedang berjalan di lorong-lorong sekolah tanpa tujuan yang jelas.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang