BAB 30 - THE LAST ONE

1K 98 47
                                    

Bab 30 - Pemutaran Fakta

Jika kebenaran selalu lari dari pandangan, maka kebohongan yang akan menang

—ווח

NOTE : SEBELUM MEMBACA BAB INI DISARANKAN MEMBACA BAB-BAB SEBELUMNYA AGAR KALIAN TIDAK LUPA DENGAN ALURNYA~

MAAF AUTHOR UPDATENYA KELAMAAN :(

HAPPY READING~

ALICE membuka matanya. Menatap sekeliling yang nampak buram. Ia mengerjap beberapa kali hingga terlihat dengan jelas asap memenuhi tempatnya berdiri saat ini. Alice baru menyadari napasnya memburu terengah-engah dengan cepat. Ia menunduk, melihat tangannya sedang digenggam oleh tangan seseorang. Ia segera mendongak dan menemukan Sean di sampingnya. Namun raut wajah lelaki itu nampak lelah, alisnya mengkerut tajam dengan tatapan serius.

"Pengkhianat!"

Alice sontak menoleh ke arah depan. Jantungnya seketika terlonjak ketakutan saat melihat kumpulan vampire bermata merah berdiri beberapa meter di depan mereka. Vampire-vampire itu menatap keduanya dengan geraman marah. Senjata sudah siap di tangan mereka. Pisau, pedang, busur dan beberapa membawa obor.

"Bunuh pengkhianat itu!" teriakan mereka mengarah pada Sean. Alice menatap Sean dan kumpulan vampire itu bergantian dengan bingung. Kenapa Sean dituduh sebagai pengkhianat?

Belum sempat Alice membuka suara, para vampire bergerak menyerang. Sontak Sean mendorong Alice mundur. Lalu lelaki itu mengayunkan pedang di tangan kanannya dan bertarung sendirian. Alice ingin melangkah maju, namun tubuhnya terasa kaku. Ia menyaksikan pertarungan itu dengan berlinang air mata. Sean yang melawan puluhan vampire pun akhirnya lengah dan menerima banyak tusukan. Hingga tak lama setelah itu, Sean tumbang di atas tanah dengan posisi menatap ke arah Alice. 

Seperti mendapatkan kembali kendali tubuhnya, Alice berlari menghampiri Sean, membawa kepala lelaki itu ke dalam pangkuannya. Alice berteriak, menangis meraung-raung melihat Sean menghembuskan napas terakhirnya. Dadanya terasa sesak dan seketika ia merasa dunianya hancur. Alice berharap semua ini hanyalah mimpi. Ia ingin segera terbangun, secepat mungkin, meninggalkan mimpi paling buruknya itu. Lalu Alice pun benar-benar terbangun. 

Alice menatap sekeliling, menemukan dirinya masih berada di ruang kesehatan asrama. Pipinya sudah basah oleh air mata. Mimpi itu terasa begitu nyata. Bahkan rasa sesak itu masih memenuhi dadanya. Sean yang mati di depannya, apakah semua itu adalah pertanda?

"Nona?"

Alice menoleh ke samping kirinya. Terlihat Zero sedang duduk di ranjang sambil menatapnya khawatir. Lelaki itu masih menggunakan infus dan pakaian rumah sakit.

"Apa kau bermimpi buruk?"

Alice tersenyum tipis. Ia segera menghapus air matanya dan berusaha untuk bangun. "Hanya mimpi buruk biasa," bohong Alice.

Tak lama Dr. corey dan Sean pun datang. Melihat lelaki yang dicintainya, Alie jadi teringat mimpnya beberapa menit lalu. Kenapa bangsa Rod menuduh Sean sebagai pengkhianat? Apa karena Sean berusaha melindungi Alice?

"Kau baik-baik saja?" Sean berdiri di samping ranjang Alice, mengusap pelan rambut gadis itu. Sedangkan Dr. corey yang datang bersamanya sedang memeriksa keadaan Zero.

"Aku baik-baik saja." Melihat Sean tak terluka sedikit pun membuat Alice tersenyum lega. Tak lama Dr. corey pun memeriksa keadaan Alice. Sean beralih menghampiri Zero.

"Apa Vance sudah tertangkap?" tanya Zero.

Sean menggeleng. "Belum, tapi kami masih mencarinya."

Zero menatap Sean serius. "Aku akan melindungi Alice!"

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang