Bab 63 - Darah Pertama

33.8K 3.5K 499
                                    

Dia tahu, fakta yang ia sembunyikan akhirnya akan terbongkar. Kebohongan tetaplah kebohongan. Dan itu menyakitkan.

-וו×-

BISIKAN-BISIKAN itu terus terdengar. Sore yang seharusnya tenang pun terusik oleh ramai. Koridor menjadi penuh hanya karena rasa penasaran siswa-siswi yang ada di sana. Bahan perbincangan yang tiba-tiba menjadi hangat pun menyebut-nyebut nama Alice dan Sean. Semua mata terpusat pada mereka berdua.

Alice tak tahu apakah ia harus menyesali ajakan Sean untuk ke kelas bersama. Tapi karena itulah sekarang orang-orang membicarakan mereka. Sungguh, Alice yakin Foster adalah tempat dimana semua orang mempunyai mata serta mulut yang tajam. Dan cara menghadapi hal seperti itu adalah dengan mengabaikannya. Meskipun sebenarnya, Sean yang berjalan di samping Alice ingin sekali membuat mulut orang-orang itu bungkam.

"Hey, lihat. Bukankah gadis itu yang mendorong Angel? Kenapa dia jalan dengan Sean?"

"Dasar. Sudah mencelakai Angel, sekarang ingin merebut pacarnya juga!"

"Gadis tak tahu malu."

Alice menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Abaikan. Tak ada gunanya jika kau terpancing emosi karena gosip murahan seperti itu.

Namun rasanya memang tidak nyaman, ketika dirinya menjadi bahan perbincangan saat berjalan bersama Sean. Alice jadi tak bisa berbicara sebebas mungkin dengan lelaki itu. Bahkan kini mereka hanya berjalan tanpa obrolan sedikit pun.

"Jangan dengarkan perkataan mereka." Sean tiba-tiba membuka suara.

Alice mendesah pelan. "Aku memang tak ingin mendengarkan perkataan mereka. Tapi telingaku masih berfungsi normal. Dan mereka berbicara seolah aku tak punya telinga."

Sean justru terkekeh, lalu mengusap lembut kepala Alice. "Tak perlu disembunyikan lagi."

Alice menoleh, sedikit mendongak. "Maksudmu?"

"Tentang hubungan kita." Senyum manis tertarik di bibir Sean.

Gadis di sampingnya terdiam. Nampak sibuk dengan pikirannya. "Kita sudah membongkarnya sejak tadi." Ia menatap Sean tanpa ekspresi. Seolah mengatakan bahwa percuma Sean mengatakan hal itu sekarang. "Semua orang sudah tahu."

Bibir Sean mengkerut menahan tawa. "Ya, kau benar." Bahunya terangkat pelan. Kepalanya kembali menoleh ke depan. Sekarang mereka benar-benar tak mempedulikan perkataan orang-orang. Lagipula memang lebih baik jika Sean menunjukkan langsung siapa gadis yang dicintainya.

"Aku dengar V02 tak masuk hari ini. Apa kau tak merasa aneh?" Alice melirik Sean sekilas.

"Aneh? Maksudmu?"

Alice mengedikkan bahu terlihat tak yakin. "Ya ... kau tahu, mereka pasti punya urusan penting sampai kelimanya tak masuk. Apa mereka tak mengatakan sesuatu padamu?"

Alis Sean mengkerut, perkataan Alice membuatnya berpikir keras. Namun seingatnya, tak ada percakapan serius yang menyangkut ketidakhadiran V02. "Tidak. Mereka tak bilang apa-apa."

"Benarkah?" Alice menggaruk dahinya dengan wajah bingung. Ia jadi penasaran kemana V02 pergi.

"Bukankah itu mereka?"

Alice segera menoleh ke belakang, ke arah yang dipandang Sean. Terlihat lima orang lelaki baru saja keluar dari sebuah mobil hitam.

"Sepertinya urusan mereka memang sangat penting," gumam Sean lagi.

Dustin yang melihat keberadaan Sean dan Alice langsung melambai tinggi-tinggi, membuat anggota yang lain juga ikut menoleh. Tanpa diduga, mereka berjalan mendekat. Seolah mereka sejak tadi memang mencari Sean dan Alice.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang