Bab 43 - Obsesi

34.3K 4K 410
                                    

Sejak awal semua ini tentang darah, semua ini tentang obsesi, dan semua ini tentang cinta. Hanya saja peraturan yang menguasainya.

—ווח

LIAM berlari dengan terburu menuju UKS. Sedangkan Austin berlari di belakangnya. Tanpa basa-basi, ia segera masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Di sana sudah ada Reid, Vernon, Zero, Dustin dan David. Terlihat Zero yang terbaring di salah satu ranjang dengan David yang berusaha menanganinya, dibantu Dustin. Sedangkan Reid dan Vernon berdiri di samping ranjang Zero dengan raut wajah panik.

"Seharusnya aku tak memaksa Zero." Vernon berucap frustrasi. Ia menjambak rambutnya kesal.

"Ini bukan salahmu, Kak." Reid mengusap punggung Vernon pelan, berusaha menenangkan. Ia tak bisa menyalahkan siapapun. Tak ada yang tahu hal ini akan terjadi. Dan Vernon pun sebenarnya tak ingin memaksa Zero terlalu keras, apalagi dalam keadaan sakit seperti itu. Tapi keadaan tak mendukung mereka.

"Biar aku yang tangani." Liam segera mengambil alih tugas David. "Dustin tolong bawakan Patient Monitor!"

Dustin dengan cekatan melesat mengambil benda yang sering dipakai di rumah sakit itu, lalu Liam yang menghubungkannya ke tubuh Zero. Dengan alat itu ia bisa melihat seburuk apa kondisi Zero.

"Dia sangat lemah," ucap David padahal Liam belum selesai memasangkan alatnya. Liam menoleh mendapati David yang sedang menatap tubuh Zero dengan pandangan yang benar-benar fokus. Setelah mendengar ucapan David, Liam semakin cepat melakukan tugasnya. Dan benar saja, kondisi Zero memang sedang tidak baik saat ini. Bahkan terus memburuk, membuat mereka semua khawatir.

Liam kemudian mendekat dan memeriksa Zero. Suhu tubuh yang semakin menurun, keringat dingin, pingsan. Jika di manusia ini seperti tanda-tanda anemia parah, atau kehilangan vitamin. Apa dia tidak minum beberapa hari ini? Liam menoleh ke arah Dustin. "Dustin tolong ambilkan aku darah O."

Dustin mengangguk dan segera mengambilkannya. Liam kemudian menyalurkan darah tersebut ke tubuh Zero dengan infus. "Apa menurutmu ini akan berhasil?" Liam bertanya pada David. Lelaki yang ditatap terdiam sejenak.

"Mungkin. Kita coba saja."

Tanpa mereka sadari, Alice sejak tadi berdiri di balik pintu UKS yang terbuka. Mendengarkan semua perkataan Liam dan David. Dirinya mematung di tempat. Menatap lantai di depannya dengan pandangan kosong.

Apakah separah itu? batin Alice tak percaya.

***

Sean beranjak dari tempat duduknya dan segera melangkah meninggalkan lapangan indoor. Angel yang hendak mencegah, langsung mengurungkan niatnya. Ia menggeram kesal sambil mengepalkan tangan. "Sabar, Angel. Akan ada waktunya Sean hanya memusatkan perhatiannya padamu." Angel tersenyum miring sambil menatap punggung Sean yang semakin menjauh.

Pikiran Sean memang sejak tadi melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu. Ia tahu Zero pingsan bukan hanya sekedar kelelahan. Jelas-jelas lelaki itu terlihat seperti tidak makan berminggu-minggu. Sean yakin ini masalah serius. Karena itu, sekarang Sean akan melihatnya sendiri, seberapa buruk kondisi Zero.

Ketika Sean baru saja berbelok menuju lorong UKS, ia melihat Alice berjalan berlawanan arah dengannya. Alis Sean mengkerut bingung mendapati Alice di lorong tersebut. Sedangkan gadis yang ditatap nampak terkejut, hanya saja Alice berusaha menyembunyikan ekspresinya.

"Alice tunggu!" Sean segera mencengkram lengan gadis itu yang berjalan begitu saja hendak melewatinya. Bahkan tanpa menoleh sedikit pun.

"Ada apa?" Alice terlihat enggan menatap Sean.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang