BAB 17 - THE LAST ONE

4.4K 543 159
                                    

BAB 17 - Menduga

Kita hanya bisa menduga apa yang selanjutnya akan terjadi. Entah hal buruk atau hal baik.

—ווח

SAAT bel istirahat berbunyi, Timothy tiba-tiba menyeret Sean keluar dari kelas, entah kemana dan ada urusan apa. Alice membiarkan dua orang itu pergi, lalu memutuskan melangkah menuju kantin, melewati kelas-kelas angkatannya yang mulai sepi. Helen dan Ana sudah lebih dulu mengambil kursi di kantin, sedangkan Lexi, Alice tak tahu, mereka beda kelas.

"Sayang sekali kita tidak sekelas."

Tubuh Alice mematung dan kakinya refleks saja berhenti bergerak. Suara yang sangat ia hapal masuk ke telinganya dari arah samping kanan, tepatnya di ambang pintu kelas dua belas B. Alice memejamkan mata sejenak, berusaha memfokuskan pikirannya. Ia kemudian menoleh, menatap Chris yang sedang tersenyum miring ke arahnya.

"Iya, sayang sekali ya," balas Alice berusaha tenang.

Chris menatap lama mata Alice, seolah sedang menyelidik. Detik berikutnya ia malah tertawa. "Kau mengosongkan pikiranmu." Tawanya terhenti, berganti ekspresi penasaran. "Kenapa? Sedang berusaha menyembunyikan sesuatu?"

Sekarang Alice yang menarik senyum miring. "Tak ada seorang pun yang ingin pikirannya dibaca. Kecuali bagi orang-orang yang ingin bicara tapi mereka tak mampu, padahal mereka bisa bersuara." Setelah itu Alice mengganti senyumnya dengan senyum ramah. "Saya permisi, Pangeran Chris." Dan tanpa basa-basi, Alice berjalan meninggalkan tempat itu, menuju tujuan awalnya.

Chris menatap punggung Alice dengan senyum sinis. "Dasar manusia. Bagaimana pun kau tetap manusia yang selamanya akan ketakutan melihat kami," ucapnya mendengar detak jantung Alice yang berpacu sangat cepat. Belum lagi kepalan tangan Alice yang sejak tadi tanpa sadar dilakukan gadis itu.

Memang bagaimana pun, berhadapan dengan Chris yang bisa membaca pikirannya menjadi sebuah ancaman untuk Alice. Apalagi bagi dirinya yang menyimpan sebuah rahasia besar. Jika saja Chris tahu yang sebenarnya, Alice tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Alice."

Alice terkesiap, menoleh dan menemukan Lexi di sampingnya.

"Kau tadi berbicara dengan siapa?" tanya Lexi sambil menyipitkan mata ke arah kelas dua belas B.

Alice segera menarik tangan Lexi. "Bukan siapa-siapa," paniknya. "Lebih baik kita ke kantin saja, aku sudah lapar." Lexi hanya terdiam dan mengikuti kemana Alice pergi.

***

"Sial! Kenapa dua orang menyebalkan itu harus di kelas kita sih?!" gerutu Max sambil berjalan masuk ruangan V02 bersama David yang terlihat tenang-tenang saja.

"Aku tebak, kau pasti sekelas dengan ...," Dustin menoleh ke arah Austin di sampingnya yang juga sedang menatapnya. Mereka berdua tersenyum jahil. "Chris dan Sam!" ucap keduanya bersamaan. Setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak, senang melihat raut kesal bercampur sedih di wajah Max.

"Sialan kalian berdua," umpatnya sambil menjatuhkan tubuh di sofa dengan kasar.

"Sudah, sudah." Liam datang menuju meja eksperimennya. "Aku saja yang sendiri di kelas dengan dua bangsawan Rod itu tidak mengeluh sama sekali." Seketika Austin dan Dustin tertawa lebih keras. Kali ini Max juga ikut tertawa. Pasalnya memang hanya Liam yang berbeda kelas dengan mereka. Dan Liam harus menghadapi Leo serta Caleb di kelasnya.

"Daripada tertawa, lebih baik kalian bantu aku," ucap Liam membelakangi sofa. Tangan lelaki itu tampak sedang menghaluskan dedaunan dari sebuah pot. Ucapannya yang terdengar serius sontak membuat tiga perusuh itu segera membekap mulut mereka, menahan tawa.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang