Bab 54 - Rahasia Alice Fletcher

42.6K 4.5K 607
                                    

Ketika seseorang benar-benar merasakan cinta. Dia tak akan menghadapi orang yang dicintainya dengan amarah. Tapi dengan kasih sayang.

—ווח

SUDAH sekitar 10 menit Ana mondar-mandir tak jelas —sambil berkacak pinggang. Gadis itu beberapa kali menatap ke arah jam dan berdecak kesal. "Kenapa Alice belum pulang juga?" Ia sudah persis seperti seorang ibu yang mencemaskan anaknya. 

"Entah kenapa aku punya firasat bagus tentang hal ini. Tapi coba kau telepon saja."

Ana melirik sekilas ke arah Helen yang sedang berbaring di atas ranjang —sambil membaca majalah.

Firasat bagus?

Tapi ia mengabaikan perkataan temannya itu dan beralih ke benda persegi panjang di atas meja belajar. "Ponselnya tak aktif," geram Ana pelan. "Sebenarnya kemana sih gadis itu?! Bikin khawatir saja."

***

Alice menatap helaian rambut Sean yang sangat dekat dengannya. Ia tersenyum bahagia. Lalu semakin mengeratkan lingkaran tangannya di leher Sean. Sejak tadi Sean memang menggendong Alice di punggungnya. Lelaki itu yang memaksa. Lagipula Sean tak ingin Alice pingsan karena rasa pusing di kepalanya.

"Sean, kenapa kita ke asrama putra?! Perempuan, kan dilarang ke sini!" Alice berbisik sambil menatap sekeliling dengan was-was. Sedangkan Sean yang ada di depannya terus melangkah.

"Malam ini kau tidur di kamarku."

"APA?!" Alice hampir saja terjungkal ke belakang jika saja Sean tak cepat-cepat membungkukkan tubuhnya, menahan Alice agar tak jatuh.

"Itu bahaya, Alice! Hampir saja kau jatuh!" Sean memekik kesal. Sedangkan Alice tak mengindahkan omelan lelaki itu. Ia masih memikirkan topik sebelumnya.

"Kau gila, Sean? Maksudku, lebih baik aku tidur di kamarku saja." Alice kembali berbisik. Ia benar-benar takut jika seseorang memergokinya berada di tempat terlarang itu.

"Kenapa? Kau tidak mau?" Sean melirik sebentar ke arah Alice dengan ekor matanya.

"Bukan begitu. Bagaimana jika orang lain tahu? Ini bisa gawat!" Alice mengeratkan lingkaran tangannya sambil sedikit meringkuk, seolah sedang berusaha menyembunyikan tubuhnya.

"Kau tenang saja. Tak akan ada yang tahu." Sean terkekeh pelan. Membuat Alice mendengus sebal.

Lelaki itu segera berdehem, menghentikan tawa kecilnya. "Biarkan malam ini ... aku yang merawatmu."

DEG! DEG!

Jantung Alice seketika berdegup kencang. Pipinya langsung terasa panas. Dan ia hanya bisa tersenyum senang sambil menyembunyikan wajahnya di antara lekukan leher Sean. Alice tak bisa berbohong. Ia juga ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Sean. Meskipun mereka besok juga akan bertemu lagi, tapi Alice masih ingin bersama Sean. Ia takut dirinya tak bisa tidur karena rasa rindu yang masih membuncah di hatinya. Bahkan saat bersama Sean pun, ia masih merindukan lelaki itu.

Sesampainya mereka di kamar, Alice segera turun dan seketika melongo terkejut. Kamar Sean sangat berantakan. Lebih terlihat seperti kapal pecah. Benar-benar tak berbentuk lagi. Seolah kamar tersebut baru saja dilanda gempa.

"Apa yang terjadi dengan kamarmu?!" Alice melirik Sean dengan heboh. Ekspresinya masih sama —melongo tak percaya. "Apa ada pencuri? Kau harus segera melapor ke penjaga asrama."

Bukannya panik, Sean justru menggaruk tengkuknya yang tidak gatal —terlihat bingung. Bagaimana ia menjelaskannya pada Alice?

"Em ... sepertinya kita tidak bisa memakai kamarku. Aku lupa membersihkannya. Lebih baik kau kembali ke—"

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang