Tatapan penuh beban yang lelaki itu tunjukan malam ini, ia tak tahu seberat apa rasanya. Namun, ia tahu betapa menyakitkannya rasa itu.
***
ALICE tahu itu gila. Tapi entah kenapa bibirnya ingin sekali tersenyum mendengar kata-kata yang baru saja Sean lontarkan. Namun sebelum kedua sudut bibirnya tertarik, pikiran Alice sudah lebih dulu menyuruh gadis itu untuk menahannya. Ia tahu saat ini pikiran dan hatinya sedang tak selaras. Lagipula Alice tak ingin terlihat bodoh di depan Sean hanya karena kata-kata yang sebenarnya wajar untuk dikatakan. Dan yang lebih penting lagi, ia tak ingin salah paham karena ucapan Sean.
"Bukankah wajar jika datang berpasangan?"
Tapi sialnya, kata-kata tersebut masih terngiang-ngiang dipikiran Alice. Ia berusaha mengusirnya, tapi tak berhasil.
Kenapa aku terus memikirkannya? Hush hush! Pergi kau deretan kata berbahaya! Jangan sampai aku malah berharap. Alice menggelengkan kepalanya pelan. Ia mencoba untuk bersikap seperti biasa.
Sambil mengikuti langkah Sean yang mulai menariknya ke dalam ruangan, Alice mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sebagian orang masih menatap keduanya. Penasaran dengan siapa sosok dibalik topeng yang mereka kenakan. Alice sedikit bersyukur dengan tema pesta malam ini. Setidaknya rasa malunya bisa sedikit berkurang.
"Sean, bagaimana jika Zero melakukan sesuatu yang berbahaya di sini?" Alice berbisik dengan pandangan yang tak lepas dari sekitar.
"Dia tak akan berani melakukan itu," jawab Sean masih terus melangkah lebih jauh.
Tak berselang lama, Zero sampai di aula. Mata lelaki itu melirik cepat orang-orang di sana. Mencoba menemukan dua orang yang sudah membuatnya naik darah. Dan ia melihatnya. Alice dan Sean yang sedang berjalan, membelakangi Zero.
Lelaki itu segera berjalan cepat mendekati mereka. Zero bahkan sudah menyiapkan tinjuannya untuk Sean. Lalu tepat saat dirinya semakin dekat dan hanya terpisah dua langkah dengan Sean, ia mulai mengangkat tinjunya. Tanpa diduga, Sean berhenti melangkah. Melihat hal itu, Zero menyeringai senang. Ia kemudian mencengkram bahu Sean, membalik tubuh lelaki berambut coklat itu agar menghadap ke arahnya. Dan bersamaan dengan itu, Zero mulai melayangkan tinjunya pada Sean.
Sepersekian detik, Zero yakin ia akan berhasil membuat sudut bibir Sean berdarah. Setiap gerakannya telah disusun dengan sempurna, dan ia yakin Sean tak akan punya waktu untuk menghindar. Tapi kemudian matanya membulat, terkejut ketika melihat Sean berhasil menahan kepalan tangannya yang hampir mengenai wajah pemilik mata elang itu. Seolah lelaki itu memang sudah memperkirakan semua gerakan Zero.
Alice yang refleks ikut berbalik, hanya bisa menahan napas dengan terkejut ketika melihat sosok Zero ternyata sudah ada di belakang mereka. Terlebih melihat Zero yang melancarkan aksi berbahayanya, walaupun Sean berhasil menahan tinjuan itu.
Tanpa pikir panjang, Alice segera bersembunyi di balik punggung Sean. Gadis itu hanya menengok sedikit ke arah Zero.
Zero menjauhkan tinjunya dengan kesal. "Serahkan Alice sekarang juga!"
Sean menatap dengan tenang. "Apa yang akan kau lakukan padanya?" Suaranya tetap datar. "Membongkar identitas kita? Lalu ...." Sean menghentikan ucapannya. Ia tak ingin Alice mendengar kalimat selanjutnya. Dan Zero pun pasti tahu apa yang akan ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampireSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...