Kau hanya harus melangkah maju lebih dekat untuk memahami orang lain.
***
HARI ini Alice telat bangun. Entah karena dirinya tak bermimpi buruk hingga terlalu nyenyak dalam tidur, atau karena Alice sedang banyak pikiran hingga tubuhnya kelelahan? Yang pasti, Alice sudah terlambat. Helen dan Ana pun sudah berangkat lebih dulu. Prinsip terlambat ditinggal mengakar kuat dalam diri mereka. Dan Alice belum bisa menyesuaikan dengan prinsip tersebut.
"Kacau! Kacau! Kacau!" Alice mengumpat kesal. "Kenapa aku bisa terlambat sih?"
Dengan terburu, Alice memakai dasinya. Dalam keadaan seperti ini, memakai dasi adalah sesuatu yang membuang waktu. Bisa-bisa ia benar-benar terlambat.
"Ah sudahlah. Nanti saja pakai dasinya. Tinggal 7 menit lagi."
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk.
From : Beruang es
Kau dimana?! Kau bilang akan berangkat bersama Helen dan Ana!Alice berdecak pelan. Ucapan Sean kemarin yang menyuruhnya untuk selalu dekat dengan lelaki itu ternyata bukan hanya kata-kata di bibir. Lelaki itu benar-benar serius dengan ucapannya.
Semalam Sean sudah mengatakan akan menjemput Alice dan berangkat bersama ke sekolah. Tapi Alice menolak dan bilang ia akan bersama kedua temannya. Jadi Zero tak mungkin macam-macam.
Namun lihatlah apa yang terjadi sekarang? Alice terlambat dan ia akhirnya akan berangkat sendirian. Ini sudah nasibnya. Dan ia menerima dengan lapang dada.
To : Beruang es
Aku terlambat!Tak ingin membuang waktu lagi, Alice segera menyisir rambutnya dengan asal. Dasinya masih menggantung di lehernya tanpa tersimpul dengan benar.
Alice menuruni tangga. Melangkah dengan tergesa-gesa. Berlari secepat mungkin di lorong asrama.
"Kenapa lorongnya banyak sekali sih?!" kesalnya yang masih sempat untuk mengumpat.
Alice sampai di lantai utama. Ia mengatur napasnya sebentar. Lalu membuka pintu besar di hadapannya. Setengah berlari, Alice mendekati pagar. Namun ia dikejutkan oleh keberadaan Sean yang berdiri di samping pagarnya.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Alice dengan wajah terkejut.
"Tentu saja menunggumu!" jawab Sean datar. Lelaki itu masih membawa tasnya. Alice kira Sean sudah ke kelas duluan.
"Kenapa kau tak ke kelas duluan saja? Kau bisa terlambat."
Sean tak mengindahkan perkataan Alice. Ia melangkah mendekat dan menarik dasi Alice sehingga tubuh gadis itu terdorong ke arahnya.
Alice terdiam. Ia tentu saja terkejut. Tindakan Sean yang tiba-tiba dan tak pernah terpikirkan olehnya membuat Alice syok bukan main.
"Apa kau tak bisa memakai dasi? Kenapa jelek sekali?" Meskipun berkata seperti itu, tapi nada bicara Sean tetap datar.
Lelaki itu membenarkan dasi Alice. Membuat jantung Alice berdetak tak karuan. Wajahnya memanas. Namun secepat kilat Alice menormalkannya dengan berdehem. "Se-Sean, kita sudah terlambat."
"Kau tenang saja," jawab lelaki itu santai.
Alice mengernyit bingung. Kenapa Sean bisa sesantai ini? Apa dia akan menggunakan kekuatan supernya untuk berlari ke kelas agar kami tidak terlambat? Hm ... masuk akal juga.
Setelah Sean selesai memakaikan Alice dasi, lelaki itu kemudian melangkah mendahului Alice. "Ayo."
Alice mengangkat satu alisnya, bingung. "Bukankah kau akan menggendongku, lalu menggunakan kekuatan berlarimu sampai ke kelas agar kita tidak terlambat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampirosSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...