Bab 68 - Mengulur Waktu

35.5K 3.4K 182
                                    

Jika dia memang tak ingin ada yang terluka, seharusnya dia menyerah sejak awal. Tapi harapan merasuki relung hatinya. Berbisik padanya, bahwa tak ada satu pun dari mereka yang tahu bagaimana hari esok.

-וו×-

TERSISA satu hari. Hanya tinggal satu hari lagi, dan besok segala rasa gugup itu akan mencengkram Alice dengan kuat. Alice takut, tentu saja. Jika boleh ia katakan, ia belum siap. Meskipun mereka sudah punya rencana, tapi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Chris mungkin saja tak ingin menerima permintaan Zero. V01 bisa saja memutuskan untuk menyelesaikannya saat itu juga. Dan tubuhnya semakin gemetar ketika menyadari kenyataan tersebut.

Latihan Alice dua hari ini masih belum cukup untuk melawan mereka. Mungkin ia harus berlatih bertahun-tahun agar bisa mengalahkan kekuataan para vampire itu. Dan dua hari, seperti tak menghasilkan apapun. Tapi Alice belum mencobanya. Ia belum benar-benar melawan mereka. Dan jika hal itu terjadi, Alice hanya akan berusaha dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Sebuah pukulan kuat mungkin bisa membuat para anggota V01 berhenti sejenak.

Hari ini ia bermimpi buruk lagi. Dan mimpi itu tentang vampire. Sesuatu yang tak pernah ia mengerti. Dan Alice harap, itu bukan pertanda buruk untuknya. Ia benar-benar cemas jika semuanya tak berjalan dengan lancar. Alice memang tak masalah jika harus melawan V01, tapi bukan berarti ia mengharapkan hal tersebut. Jika hal itu sampai terjadi, mungkin Sean akan terluka. Begitu pun dengan V02.

Gadis itu perlahan beranjak dari tempat tidurnya, mengambil jaketnya dan memutuskan untuk keluar. Mungkin sedikit udara dingin bisa membuat tubuhnya lebih kuat.

Sekarang masih jam lima pagi. Asrama juga masih sangat sepi. Namun lampu sudah banyak yang dinyalakan. Alice menuruni tangga tanpa menimbulkan suara berisik. Ia kemudian berbelok, menuju sebuah koridor besar yang akan membawanya ke halaman belakang. Kakinya terus melangkah hingga melewati pagar asrama. Rasa dingin langsung menerobos ke arahnya membuat Alice sedikit bergidik. Ia kemudian terdiam. Menatap terpaku ke arah hutan Howard yang jauh di depannya.

"Sedang apa kau di sini?"

Alice seketika menoleh ke samping. Gerak refleksnya membuat ia yakin bahwa itu adalah hasil dari latihannya dua hari ini. Dan ketika matanya mendapati kehadiran Sean, ia tersenyum. Alice melihat Sean berada beberapa meter dari tempatnya. Lelaki itu sedang memasang ekspresi datar. Sebuah ekspresi yang biasanya digunakan untuk menutupi sejuta perasaan.

"Jalan-jalan mungkin," jawab Alice terdengar tak yakin.

Sean tak menjawab. Masih diam di tempatnya dengan pandangan lurus ke arah Alice. Entah apa yang sedang Sean pikirkan, Alice penasaran. Namun ia tak bisa menebak apapun dari ekspresi Sean saat ini.

"Kau khawatir?" Alice kembali membuka suara. Dan masih tak ada perubahan ekspresi di wajah Sean.

"Pada hari esok?" Sean balik bertanya.

Alice mengangguk pelan.

"Yeah."

Gadis itu tersenyum tipis. "Aku juga." Ia kembali menatap ke arah hutan. "Aku penasaran, apa aku bisa melalui hari esok tanpa berakhir dengan menangis?"

Sean masih setia menatap Alice. "Kita sudah punya rencana. Kau tidak akan-"

"Aku tahu." Alice segera menyela. Gadis itu menoleh lagi ke arah Sean. "Tapi bagaimana jika Chris tak ingin mengabulkan permintaan Zero? Bagaimana jika ia ingin besok adalah keputusan terakhirnya? Jika mereka tak membunuhku, mereka akan menikahkanku dengan Zero."

"Ya, aku juga tahu itu mungkin saja terjadi." Untuk beberapa detik Sean mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Aku bahkan lebih penasaran, jika hal itu terjadi ... apa aku bisa melepaskanmu besok?"

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang