Bab 91 - Pengganti

26.4K 3.8K 307
                                    

Jika aku hidup, masih bisakah aku melihatmu?

—ווח

SEAN mengulurkan tangannya. Menggenggam kalung bercahaya biru itu dengan lembut. Ingatannya belum pudar. Kalung dengan ukiran aneh itu memang milik gadis yang ia coba selamatkan dulu. Sean juga masih ingat bagaimana dirinya terpaksa menghisap darah sang gadis untuk menyelamatkannya.

Sean tak pernah melupakannya, tatapan berlensa hijau milik gadis itu. Rambut coklat, hidung mancung dan bibir tipisnya. Semua persis seperti Alice. Kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Kenapa ia tak merasa familier saat pertama kali bertemu Alice?

Sean menatap Alice yang masih memandangnya. Manusia memang cepat berubah. Wajah, sifat dan kehidupan. Sedangkan Sean? Selalu merasa berjalan di tempat yang sama. Dingin, gelap dan kesepian. Tapi sekarang tidak lagi. Sekarang di hadapannya, ada sosok yang begitu berharga. Gadis yang memang ditakdirkan untuknya.

Sekarang Sean tahu kenapa mereka dipertemukan? Kenapa mereka jatuh pada perasaan yang disebut cinta? Semua itu karena keduanya memang ditakdirkan bersama. Perjuangan mereka tak sia-sia. Ada harapan dan mimpi yang siap terwujud.

Sean sadar ini bukan akhirnya. Belum. Ia masih harus menggenggam tangan Alice dan berlari ke ujung jalan. Tak ada kata terlambat bagi mereka yang ingin berjuang. Jadi, sebelum Alice kehabisan napas, Sean melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu, lalu membawa Alice berenang ke permukaan.

Sulit. Tidak ada jalan yang mudah. Ia harus mengerahkan seluruh tenaganya. Mendorong kata mustahil menjadi mungkin. Namun ketika semua peluang mulai tertutup, ia hanya punya satu pilihan.

Ditatapnya Alice yang nampak tersiksa dengan rasa sesak itu. Sean merasa, waktu di jam pasir mulai menipis. Permukaan seperti lubang yang menyusut kecil. Menutup semua akses kehidupan.

Di sisi lain, gerakannya semakin lama semakin melambat. Rasa sakit di punggung Sean tak pernah berhenti, justru terus bertambah. Menyiksa lelaki itu di tengah perjuangannya.

Penglihatan Sean mulai mengabur. Ia tak punya pilihan lain. Sebelum tenaganya turun pada titik terendah, Sean mendorong tubuh Alice sekuat tenanga ke arah permukaan. Sedangkan tubuhnya sendiri? Ia biarkan jatuh semakin dalam ke dasar danau.

Pada detik terakhir kesadarannya, Sean menatap siluet Alice yang disinari cahaya rembulan.

Tetaplah hidup, Alice. Aku mencintaimu.

Lalu detik selanjutnya, mata Sean tertutup rapat. Tubuhnya jatuh dengan lemas menuju kegelapan.

***

Semua membeku. Beberapa detik yang lalu Alice menjatuhkan diri ke dalam danau. Lalu setelahnya disusul oleh Sean yang meloncat dan membuat semua orang di sana terkejut. Tak terkecuali dengan Sam.

Tak ada yang bisa mencegah. Semua itu terjadi begitu saja. Berlalu dengan cepat, bahkan Zero sendiri tak bisa menggapai tubuh Sean dan Alice.

"Bodoh!" Terdengar umpatan dari bibir Sam. Lelaki itu tanpa pikir panjang segera berlari ke arah hutan.Yang lain mulai menyusul.

Keterkejutan masih belum menghilang di wajah mereka. Tak pernah ada yang menyangka, Alice akan mengorbankan dirinya untuk keselamatan Sean. Dan tak pernah ada yang menduga, Sean akan ikut melompat dengan keadaan punggungnya yang penuh luka.

Cinta memang bisa membuat seseorang menjadi bodoh. Tapi cinta juga bisa membuat seseorang berjuang bahkan ketika dirinya harus gagal, lagi dan lagi. Bohong jika tak ada satu pun dari mereka yang merasakan cinta. Setiap orang pernah merasakan hal itu. Baik bagi mereka yang kini membuang perasaan tersebut jauh-jauh, atau bagi mereka yang kehilangan cinta. Jika harus ada satu alasan bagi seseorang untuk merasakan cinta, maka itu agar mereka lebih bahagia menjalani hidup.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang