Bab 85 - Luka di Punggung

24.3K 3.2K 776
                                    

Jika mencintainya termasuk pelanggaran, maka berikan aku hukuman namun tetap di sampingnya. Karena tanpa dia, aku hanyalah makhluk tak berperasaan. Yang hidup seolah aku mati dan bernapas seperti menancapkan pisauku sendiri.

—ווח

UNTUK kesekian kalinya, cambuk itu melayang lagi. Menubruk kulit punggung Sean dengan sangat keras. Kekuatan dari sang pelaku penyiksaan berhasil meluluh-lantahkan tenaga Sean. Lelaki itu seketika tersungkur ke lantai dengan posisi tengkurap.

Sam menatap adiknya dengan tatapan angkuh. Katakanlah bahwa dirinya tak peduli lagi pada sang adik. Namun di balik itu semua, ia hanya ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menghukum Sean. Memberikan pelajaran pada sang adik agar berhenti merendahkan harga diri seorang vampire. Sam benar-benar benci melihat Sean yang nampak bodoh. Terlihat lemah hanya karena seorang wanita. Terlebih itu karena cinta.

"Bangun!" Sam menatap adiknya tanpa rasa iba sedikit pun. Karena tak mendapat respon apapun, ia segera mengisyaratkan dua penjaga yang ada di dalam sel tahanan.
Salah satu dari mereka segera menjambak rambut Sean, membuat lelaki yang sudah tak berdaya itu mengerang pelan. Lalu ketika Sean sudah duduk seperti semula, Sam tanpa ampun langsung melayangkan cambuk lagi ke punggung lelaki itu.

SLATS!

"ARRGGGGHH!"

Erangan menyakitkan seketika memenuhi tempat tersebut. Cambukan yang Sam berikan mampu merobohkan tenaga Sean. Rasanya kulit-kulit punggung Sean terkelupas lagi. Bertambah memar kebiruan dan akhirnya menimbulkan luka terbuka seiring dengan panjangnya cambukan.

Beberapa kali tubuh Sean melengkung saking kuatnya cambukan tersebut. Ia harus terus duduk tegak sambil mengepalkan tangannya erat-erat, berusaha melampiaskan rasa sakitnya.

SLATS!

"ARRGGGHHHH!"

Jemari tangan Sean semakin mengepal kuat. Tubuhnya bergetar dengan kepala mendongak dan mata terpejam. Ada sesuatu yang mengalir di punggungnya. Ia tahu itu pasti darah. Sean sendiri bisa merasakan jahitan luka di bahu kanannya kembali terbuka. Cambukan itu berhasil membuat luka tersebut melebar semakin besar. Denyutan-denyutan memilukan itu terus menghujam punggungnya.

Sungguh, ini tidak seperti yang ia bayangkan. Sean kira dirinya bisa menahan rasa sakit itu. Tapi sekarang rasanya ia ingin menyerah. Melarikan diri pada kegelapan.

Di satu sisi, Sam hanya menatap dingin lebam-lebam di punggung adiknya. Mengerikan. Manusia mana pun pasti akan meringis melihat luka-luka tersebut. Sam juga bisa mendengar napas berat Sean yang memburu. Seolah meminta siapapun untuk memberinya istirahat. Tapi Sam bukanlah salah satu yang akan mengabulkan permintaan adiknya. Sambil mencengkram gagang cambuk, ia kembali bersiap. Matanya menatap tajam punggung sang adik. Mencari ruang kosong yang belum terhiasi cambukannya. Lalu saat Sam mulai kembali mengangkat tangannya,

"Cukup!" Suara Chris menggelegar, membuat Sam terpaksa mengurungkan niatnya. Ia menatap Chris dengan satu alis terangkat bertanya, sedangkan yang ditatap justru masih fokus memusatkan pandangan pada Sean.

Lelaki berambut pirang itu kemudian melangkah masuk melewati pintu sel. Suara langkah kakinya yang berbalut sepatu hitam terdengar menggema, seolah sedang mencoba mengalahkan deru napas lelaki yang sedang berlutut itu.

"Kau tak akan bertahan sampai tiga bulan, Sean." Chris berjongkok di depan Sean yang nampak menunduk lemah. "Tapi aku akan memberikan keringanan untukmu." Chris memiringkan wajahnya, berusaha melihat wajah Sean. Namun lelaki di depannya itu terus menunduk, sibuk mengatur napasnya.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang