BAB 9 DAN BAB 10 - THE LAST ONE

1.8K 307 12
                                    

BAB 9 - EMILY

Terkadang untuk mewujudkan perdamaian, kita harus memulai perang.

—ווח

SUDAH satu minggu Alice tak mendengar kabar tentang Zero. Ia tidak melihat lelaki itu di mana pun. Perkataan Zero ternyata benar, lelaki itu tak akan kembali lagi ke Foster. Kekosongan itu membuat Alice sadar, hatinya sedih karena mengharapkan Zero ada di antara mereka.

Semua berakhir bahagia, begitu pun dengan keluarga Zero. Mungkin hal itu yang membuat Alice berharap bisa melihat lelaki itu lagi dengan ekspresi yang berbeda, dengan perasaan yang berbeda pula. Karena selama ini yang ia tahu, Zero selalu penuh dengan perasaan tersiksa, dendam, dan pasrah akan keadaan.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

Alice mengerjap, pandangannya teralihkan. Ia menatap Sean yang mengambil tempat duduk di depannya. Suasana kantin selalu ramai seperti biasa, tapi kini tak membuat Sean menghindarinya. Jika tidak mengatasinya dengan earphone, Sean akan mencoba mengendalikan kemampuannya, berusaha memusatkan pendengaran pada apa yang ingin ia dengar.

“Ini soal Zero.” Alice kembali menatap makanannya, mengaduk sup dengan malas.

“Jangan terlalu dipikirkan.”

Gadis itu kembali mendongak. Tertarik untuk mendengar penjelasan Sean.

“Zero baik-baik saja. Dia mungkin ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya,” kata Sean.

“Jadi … dia tidak akan kembali?”

“Seperti yang dia katakan,” Sean menyilangkan kakinya, “dia akan kembali jika punya alasan untuk itu.”

Zero memang pernah mengatakan hal tersebut sebelumnya. Namun sekarang Zero sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Lelaki itu tak punya urusan lagi dengan keluarga kerajaan. Seharusnya Zero memang tidak terlibat lagi dengan mereka. Lelaki itu sudah bebas. Dan Alice tak ingin Zero kembali ke sangkar yang bertahun-tahun menjeratnya. Karena sekali Zero kembali berurusan dengan V01, maka tak akan ada jalan untuk kembali. Dan Alice sadar, dirinya bisa saja membawa Zero pada masa-masa kelam itu.

***

“Chris, Paman Ramon memanggilmu.”

Perkataan Timothy terus terngiang di kepala Chris. Lelaki jangkung itu berjalan dengan tegang di lorong kerajaan yang sepi. Gedung dengan pilar-pilar besar itu membuat wajahnya terasa kaku. Ini memang bukan kali pertama Chris berbicara empat mata dengan sang ayah. Ia juga bisa menebak apa yang akan mereka bicarakan nanti.

Ketika penjaga membukakan pintu, pandangannya langsung mendapati Ramon yang sedang berdiri di dekat jendela, menatap keluar ke arah halaman belakang. Chris tak bersuara, melangkah dengan tenang dan berdiri dua langkah dari meja kerja ayahnya.

“Kau tahu, kenapa aku mengkhianati kakaku sendiri dan mengambil takhta ini?” Suara Ramon yang dingin tanpa emosi, terasa mengalun di antara kesunyian.

Chris merasakan tubuhnya bergidik. Entah bagaimana, suara itu seolah mengintimidasinya. Ia tahu jawaban dari pertanyaan Ramon, tapi Chris tak mengatakan apapun. Karena sebentar lagi, ayahnya akan berbalik. Menatapnya dengan dingin, lalu menjawabnya sendiri. Hal itu selalu terjadi ketika Chris berbicara dengan Ramon. Ia sudah hafal setiap gerakan kecil yang dibuat ayahnya. Bahkan ketika Ramon tersenyum, itu artinya pria itu tak ingin dibantah.

“Itu karena aku memiliki tujuan yang jauh lebih penting dari Jeremy!” Ramon berbalik, seperti yang Chris duga, tatapannya langsung mengarah padanya, datar namun keji.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang