Bab 36 - Berpura-pura Tidak Tahu

36.8K 4.1K 241
                                    

Dia hanya melakukan apa yang harus dilakukan, tanpa mengerti apa yang sedang terjadi.

—ווח

MATA Alice terbuka. Gadis itu terbangun. Sesaat yang lalu, dirinya seperti ditarik keluar dari mimpi indahnya. Dipaksa sadar dan kembali pada kenyataan. Meskipun nyaman dan rasanya Alice tak ingin segera mengakhiri mimpi itu, tapi di sana ia merasakan perasaan takut, gelisah, rindu, dan cinta yang mendalam.

Sekarang ia sudah kembali pada kenyataan. Dan Alice sadar, ia tak sedang merasakan perasaan-perasaan itu. Tapi semuanya nampak nyata. Mimpi itu rasanya begitu nyata untuk Alice. Dan akhirnya, semua perasaan itu hanya membuat napasnya memburu. Lalu secepat kilat juga, semua perasaan tersebut ditarik kembali, dan menghilang. Sekarang, rasanya hanya ada kehampaan.

Alice mengerjap sebentar. Matanya belum sepenuhnya bisa menyesuaikan dengan cahaya di ruangan tersebut. Perih dan silau. Detik selanjutnya, Alice kembali membuka mata. Perlahan mata hijau itu bergerak, ke kanan ... ke kiri. Lalu ... ia menemukan Sean. Duduk di kursi samping tempat tidurnya.

"Alice, kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" Sean langsung bangkit dan menatap Alice cemas.

Alice terdiam. Ia terlihat bingung.

"Aku akan memanggil Liam. Kau tetap berbaring!" Setelah itu, Sean bergegas mencari Liam. Meninggalkan Alice yang kini sedang mengernyit.

Jadi, yang tadi hanya mimpi? Semua perasaan itu, seperti nyata.

Alice memutuskan untuk beranjak duduk. Seketika, rasa pening menyerang. Namun Alice berusaha menahannya. Saat ia masih berusaha duduk, matanya tak sengaja menatap ranjang di samping kiri. Ia semakin mengernyit mendapati David duduk di sana. Dengan infus yang terpasang sama seperti dirinya.

"David, kenapa kau di sini?" Alisnya masih mengkerut. Ia berhasil duduk namun kepalanya semakin pening. Alice refleks memegang kepalanya dengan sebelah tangan yang bebas.

"Sebaiknya kau berbaring." David bersuara.

Alice memejamkan matanya. Berusaha menekan rasa pusing yang masih mendera. "Tunggu, kenapa kau—" Alice berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Lalu kejadian saat di hutan berputar kembali seperti sebuah film. Dan adegan saat David tertusuk berhasil membuat matanya membulat terkejut.

"Ya ampun, David. Bagaimana dengan lukamu? Apa kau baik-baik saja?" Alice menoleh khawatir pada lelaki yang terlihat tenang itu.

"Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kau khawatirkan keadaanmu. Lukamu juga parah."

Alice menunduk menatap lengannya yang diperban. Sayatan yang dibuat Zero ada di sana. Terasa begitu perih saat digerakan.

Jika V02 datang menyelamatkan aku dan David, berarti mereka juga sadar kalau aku sudah mengetahui tentang identitas vampire. Sekarang apa yang akan terjadi padaku? batin Alice kemudian melirik David.

***

Sean berlari menuju ruangan V02. Jujur saja ia tak pernah datang ke ruangan tersebut, meskipun sekedar berdiri di depan pintunya. Bahkan hanya untuk menaiki tangga menuju ruangan mereka saja ia belum pernah. Lagipula untuk apa juga Sean datang ke tempat tersebut. Tempat yang biasa ia kunjungi jika selain atap, ya kamarnya sendiri. Tapi sekarang beda lagi situasinya. Sean harus segera mencari Liam. Dan menurutnya, tempat yang paling memungkinkan untuk mencari Liam adalah di ruangannya.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang