Bab 23 - Pembunuhan!

47.4K 4.7K 258
                                    

Fur Elise - Beethoven

***

Bukankah sebuah hadiah haruslah sesuatu yang disukai penerimanya?!

***

Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana hampir seluruh siswa menghabiskan waktu di rumah yang hangat bersama keluarga. Melepas rindu dengan memeluk sang Ibu. Bercanda dengan sang Ayah. Lalu bermain sambil sesekali memperdebatkan hal sepele dengan saudara. Alangkah lebih baiknya jika semua remaja merasakan hal itu. Tapi nyatanya ada beberapa yang harus mendekam di kamar asrama yang sepi dan dingin. Seperti Alice dan Sean.

Alice memang sudah memutuskan untuk mengurung dirinya di kamar seharian. Meskipun pagi tadi Helen dan Ana mengajaknya mampir ke rumah mereka, Alice hanya mampu menolak. Menurutnya hari minggu adalah hari berkumpul dengan keluarga, jadi sudah seharusnya ia menolak ajakan tersebut. Dan Alice tahu memang itu yang seharusnya ia lakukan.

Beberapa kali ia berpikir, akan menyenangkan jika Rose sudah menyelesaikan pekerjaannya di New York dan kembali ke Ashland. Lalu menyambutnya dengan hangat ketika dirinya sampai di rumah lama mereka.

Tapi Alice memang sudah menduga hal ini. Deretan kata 'Nanti Mom akan meneleponmu lagi. Baik-baiklah di sana. Bye, sweatheart,' yang ia dengar sekarang, menjadi penutup percakapan mereka. Kini hanya terdengar suara sambungan yang diputus. Alice menghela napas pelan. Ia kemudian melempar ponselnya ke samping, tepat pada tempat kosong di kasurnya.

Sejak awal Alice memang tidak terlalu berharap Ibunya akan kembali secepat mungkin ke Ashland. Karena ia tahu Rose sangat sibuk. Meskipun ia merengek dan memohon-mohon, Rose tak akan semudah itu meninggalkan pekerjaannya demi putri satu-satunya yang tinggal di kota baru.

Untuk kedua kalinya, Alice menghela napas. Matanya beralih menatap jendela yang terbuka. Langit biru nampak indah di luar sana. Sepertinya menyenangkan jika ia bisa melihat background biru itu sambil berbaring di hamparan rumput hijau yang menyejukkan mata. Tempat yang sama seperti saat ia pergi bersama Sean untuk melihat kunang-kunang. Lalu mereka akan menyantap makanan yang sudah Alice siapkan. Bercanda sambil menikmati pemandangan di sana.

Alice tiba-tiba tersenyum miris. Kenapa aku jadi memikirkan Sean? Apa sekarang aku berharap bisa melakukan hal itu bersamanya? Ada apa denganku?

Alice mengusap poninya ke belakang. Punggungnya masih menyandar pada tembok, dan posisinya pun masih tetap sama —duduk di kasur dengan kaki yang ditekuk.

Bahkan Sean mungkin tak mau berbicara denganku lagi. Kemarin sepertinya dia marah.

Kepala Alice perlahan menunduk, menatap telapak tangannya. Tapi sebenarnya, ada apa dengan kemampuanku? Kenapa kemarin aku mimisan? Apa aku sedang tidak sehat? Tapi aku merasa baik-baik saja. Apa karena kemampuan ini?

Tangannya kemudian mengepal. Alis gadis itu mengkerut. Matanya terlihat khawatir. Apa sekarang kemampuan ini menjadi berbahaya untukku? Haruskah aku menceritakannya pada Mom? Tapi apa yang harus aku lakukan jika Mom bereaksi berlebihan sampai memindahkanku ke sekolah lain lagi? Aku tak ingin pindah lagi. Aku .... Alice memejamkan mata. Lalu menghembuskan napas perlahan.

Tenang Alice. Ini bukan masalah besar. Mungkin kemarin aku hanya sedang tidak enak badan. Ya, sedang tidak enak badan. Yang penting, jangan gunakan kemampuan ini lagi. Setidaknya untuk beberapa minggu. Alice membuka mata. Kembali memusatkan pandangannya pada jendela kamar.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang