Mereka tak ingin kehilangan jati diri mereka. Dan itu berlaku untuk semua masalah yang mereka hadapi.
—ווח
PAGI-PAGI sekali Alice sudah berkemas. Menggeret kopernya menuju kamar Lexi yang akan menjadi tempat tinggalnya mulai saat ini. Selain karena tak enak hati terus menumpang di kamar Helen dan Ana, Alice juga ingin terbebas dari sosok Angel yang kini menguasai kamarnya seorang diri. Biarlah Angel tertawa senang dengan kesepiannya, atau berteriak heboh karena telah berhasil mengusir Alice. Nyatanya Alice sendiri tak terlalu mempedulikan hal tersebut.
Sekarang Alice justru merasa sangat bahagia bisa satu kamar dengan Lexi. Apalagi ketika ia baru sampai di kamar harum itu, Alice sempat terkagum melihat kamar Lexi yang rapi dan bernuansa cerah, tanpa aura gelap sedikit pun.
Ia bahkan sangat yakin, malam dirinya akan bermimpi indah jika tidur di kamar tersebut. Terima kasih kepada Miss. Murray yang telah mengizinkan kepindahan Alice. Ia sempat mengira, guru yang masih muda itu akan melarangnya dan mempersulit keinginan Alice. Namun ternyata Miss. Murray memberi izin dengan penuh pengertian. Seolah guru itu tahu bagaimana penderitaan Alice selama ini.
"Ini kasur Maggie," tunjuk Lexi pada sebuah kasur dengan seprai biru bermotif bunga. Alice yang juga sejak tadi terkunci pandangannya pada kasur tersebut mulai melangkah mendekat.
"Apa aku boleh menempatinya?" Alice melirik sebentar ke arah Lexi yang berdiri di sampingnya.
"Tentu saja boleh. Aku yakin Maggie juga akan senang." Lexi tersenyum tipis. Matanya kembali beralih pada kasur di hadapan mereka. "Aku sebenarnya sedih jika melihat kasur Maggie terus dibiarkan kosong. Tapi sekarang kau yang akan merawatnya. Aku ikut senang." Lexi kembali memberikan senyumannya pada Alice yang sejak tadi menatapnya.
Alice perlahan duduk di bibir kasur. Mengusap pelan seprai kasur di sampingnya dengan lembut. "Syukurlah. Sekarang tempat ini tak akan terasa dingin lagi."
Lexi mengangguk setuju. Ia masih berdiri di depan Alice. Terlihat enggan untuk duduk di kasur tersebut. Dirinya sudah sering duduk di sana sendirian. Mengenang hari-harinya bersama Maggie. Dan Lexi tak ingin terjebak lagi dalam rasa sedih itu. "Lebih baik kau istirahat. Aku akan menyusul Ana dan Helen di dapur. Sepertinya mereka sedang berdebat sekarang."
Alice terkekeh mendengarnya. Lexi ternyata sudah sangat hapal dengan kebiasaan Helen dan Ana. Menjadi bukti bahwa gadis itu sudah cukup lama berteman dengan mereka. "Ya, lebih baik kau segera periksa mereka. Aku takut dua orang itu malah mengacaukan dapur."
Lexi ikut terkekeh membayangkan perkataan Alice. Ia kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar. Membiarkan keheningan masuk setelah kepergiannya. Dan secepat itu pula rasa bosan merasuki tubuh Alice. Membuat sesuatu terlintas di pikiran gadis itu kala ia menatap kopernya. Keadaan toko buku yang terasa hangat pun mulai memenuhi pikiran Alice. Dan sebuah novel dengan segala latar belakangnya yang aneh kembali hadir membawa rasa penasaran gadis itu. Cepat-cepat ia menghampiri kopernya. Membuka benda besar itu sebelum minatnya pada sebuah buku hilang.
"Dimana ya?" Alice mulai sibuk mengeluarkan isi kopernya. Seolah dirinya benar-benar berniat membuat isi koper tersebut kosong tanpa sisa. Namun bahkan saat tumpukan barang-barangnya semakin tebal di atas lantai, Alice masih belum juga menemukan buku tersebut. Padahal ia berharap novel itu terselip di antara tumpukan bajunya.
"Apa kutinggalkan di kamar Helen?" Alice terdiam sebentar, sambil berusaha memikirkan pertanyaannya sendiri. Namun kemudian ia menggeleng. "Aku jelas-jelas tak mengeluarkannya dari koper. Apa jangan-jangan ketinggalan di rumah?" Alice bertanya lagi pada kesunyian. "Coba aku ingat-ingat." Matanya kini mulai terpejam, telunjuknya bahkan mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Ia mulai membuka kembali ingatannya sehari sebelum datang ke Foster. Dan sesuatu mengejutkannya hingga Alice memuka mata dengan lebar. "Ah benar! Aku lupa membawa buku itu! Bukunya kusimpan di laci." Alice merutuki dirinya. Ia berusaha memaklumi dirinya sendiri karena saat itu Alice sedang terburu-buru. Namun Alice tetap saja merasa kecewa dan kesal. Padahal ia sengaja membeli buku itu untuk dibacanya ketika pindah ke Foster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampireSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...