Bab 29 - Potongan Kebenaran
Penyesalan menciptakan kenangan kelam.
—ווח
TIGA hari setelah kejadian di koridor asrama itu, Zero pun akhirnya sadar. Namun ia masih belum bisa diajak berbicara apalagi ditanyai mengenai penyerangan yang menimpa dirinya dan Alice. Meskipun pihak sekolah sudah mendapat keterangan dari Alice dan beberapa saksi, V02 harus tetap meminta penjelasan Zero tentang si pelaku. Karena hanya Zero lah yang berkelahi dengan pelaku tersebut.
Alice duduk di kursi samping ranjang Zero. Infus masih terpasang di lengan kiri Alice, tapi ia sering duduk menunggu Zero yang sedang tertidur. "Apa keluarga Zero sudah tahu?" tanya Alice pada David yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
"Mereka sudah tahu. Vernon dan Reid sedang dalam perjalanan ke sini."
Hening beberapa saat hingga Alice kembali membuka suara. "David, bisa tinggalkan aku berdua dengan Zero?" David terdiam sebelum akhirnya menyetujui.
"Aku akan berjaga di laur." David pun melangkah meninggalkan ruang kesehatan. Sekarang hanya tersisa Alice dan Zero.
Mata Alice sejak tadi terfokus pada tangan Zero. Ia menarik napas dalam, berusaha meyakinkan dirinya. Alice harus tahu kenapa Zero membunuh Maggie. Mungkin Alice bisa menemukan potongan-potongan itu dalam ingatan Zero. Jika Zero memang merasa bersalah pada Maggie dan orang-orang yang menyayangi gadis itu, rasa bersalah itu pasti berubah menjadi kenangan kelam untuknya, yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Alice harus mencoba mencari tahu.
Akhirnya Alice pun menggenggam telapak tangan Zero dengan kuat. Lalu seperti air yang tumpah, potongan kenangan pun muncul.
Alice melihat Zero berjalan menghampiri satu sosok yang menatapnya penuh ketakutan. Rambut pirang yang tergerai panjang dari sosok itu nampak sedikit berantakan. Zero membalas mata biru yang berlinang air mata tersebut dengan sulit diartikan. Alice tahu siapa sosok itu. Dia adalah Maggie.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?!" Maggie menatap Zero dengan tajam. Kedua tangan Maggie terikat di tengah sebuah ruangan. Entah dimana sekarang Zero menyekapnya.
"Dimana hologram itu?" tanya Zero membuat Maggie seketika mengerutkan alis tak mengerti.
"Apa maksudmu? Hologram apa?"
"Mereka bilang kau menyimpannya," ucap Zero lagi memperhatikan raut wajah Maggie. Menebak apakah ada kebohongan di sana? Namun sepertinya Maggie berkata jujur.
"Mereka? Mereka siapa? Aku benar-benar tak tahu apa-apa!"
Zero pun berbalik dan berjalan sedikit menjauh, lalu ia mengambil ponsel di saku celananya dan menelepon seseorang. "Aku sudah mencari dan tidak berhasil menemukan hologram itu."
"Lupakan soal hologram itu. Bunuh Maggie. Setidaknya tidak akan ada yang menemukan hologram itu jika dia mati."
"Tapi sepertinya Maggie tidak tahu apa-apa tentang hologram itu. Dia juga tidak tahu dimana--."
"Ikuti saja perintahku!" potong seseorang di telepon. "Itu pun jika kau ingin aku menepati janjiku!"
"Baiklah," ucap Zero cepat. "Aku akan membunuhnya!" Lalu sambungan pun terputus.
Zero berbalik menatap Maggie. Gadis berambut pirang itu sontak mundur ketakutan, menggerakan kakinya brutal ketika ia terpojokkan di tembok. "Tolong jangan bunuh aku." Air mata mengalir dari mata Maggie. Tubuh gadis itu semakin bergetar ketika Zero melangkah mendekat sambil memakai sarung tangan hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampireSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...