Bab 52 - Dibenci

33.9K 4K 576
                                    

Tak sanggup melihat orang yang kita cintai terluka di depan kita, itulah cinta.

—ווח

ALICE tahu, inilah yang akan terjadi pada dirinya —mengingat perkataan Lexi saat di UKS tadi pagi. Ia juga sudah mempersiapkan dirinya untuk hal seperti ini. Tapi tetap saja. Melihat orang-orang memandangnya sinis, membuat Alice merasakan aura mencengkam di koridor tersebut. Orang-orang yang ada di sana tak henti-hentinya berbisik, membicarakan dirinya.

Sekarang jam istirahat. Dan sepertinya, Alice memang harus mengurung diri di kelas dulu hingga bel pulang berbunyi. Tadinya itu pilihan yang bagus. Tapi perut keempat gadis itu meronta minta diisi, terutama Alice yang membutuhkan banyak nutrisi. Dan akhirnya mereka nekat keluar kelas, hingga jadilah seperti ini. Mereka menjadi pusat perhatian.

"Bukankah dia yang mendorong Angel?"

"Kudengar Sean lebih memilihnya daripada Angel."

"Apa dia sengaja melakukannya?"

"Kasihan Angel."

"Seharusnya Sean menyelamatkan Angel. Bukannya malah gadis itu! Angel kan kekasihnya!"

"Apa mungkin gadis itu orang ketiga dalam hubungan Sean dan Angel?"

"Dasar gadis jahat."

"Dia memang licik."

Alice hanya bisa diam. Berusaha mengabaikan perkataan orang-orang tentang dirinya. Semua itu tak benar. Dan Alice tak perlu takut karena ia tak bersalah.

"Hey, lihat. Wajahnya sama sekali tak merasa bersalah."

"Dasar gadis tak tahu malu."

"Kenapa Angel ingin sekamar dengannya?!"

"Dasar perusak hubungan orang!"

"Aku harap dia pergi dari sekolah ini!"

Alice mengepalkan tangannya. Berusaha menahan gejolak emosi yang mendesak keluar. Tatapan tak suka itu terus dilayangkan padanya. Sekarang, mereka membenci Alice. Mereka yang bahkan tak mengenal dirinya. Mereka yang bahkan baru pertama kali bertemu dengannya.

Sungguh kejam. Ternyata seperti ini rasanya di-bully.

Sejak dulu, Alice selalu menjauhkan diri dari teman-temannya, karena ia takut mereka menganggapnya aneh, lalu mem-bully-nya. Tapi ternyata, ia merasakannya juga sekarang.

Alice menundukkan kepalanya. Berusaha untuk tetap terlihat kuat. Namun ia tetap saja merasa menyedihkan.

"Jaga ucapan kalian ya! Jangan berbicara seenaknya!" Ana berteriak kesal pada orang-orang di koridor itu. Helen bahkan sudah sejak tadi memelototi mereka. Dan Lexi tak ketinggalan dengan wajah datar tak bersahabatnya.

"Ternyata dia punya pembantu juga di sini. Apa kau memperbudak mereka? Jahatnya." Seorang gadis berambut keriting mendekati Alice bersama empat gadis lainnya.

Mendengar hal itu, Alice langsung menegakkan kepalanya. Ia memang masih bisa bersabar ketika orang-orang menjelekkannya. Tapi tidak dengan teman-temannya. Alice tidak akan terima jika Helen, Ana dan Lexi dihina seperti itu.

"Jangan pernah mengganggu teman-temanku!" Alice menatap tajam gadis di depannya.

"Teman? Tidak salah? Bukannya mereka pembantumu?" Gadis berambut pirang kriting itu tertawa bersama teman-temannya. Membuat keinginan Alice untuk menghajar gadis-gadis itu semakin besar.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang