BAB 26 - THE LAST ONE

1.1K 174 24
                                    

Part Sebelumnya : Xavier diserang oleh si Penyusup. V01 mulai mengumpulkan vampire Rod di Foster membuat V02 terdesak untuk mencari si Penyihir. Dua kelompok itu menemukan fakta keberadaan Mr. Liberth, namun Alice berhasil membawa Mr. Liberth pergi dari apartementnya.

———

BAB 26 - Satu Tragedi

Jika nyawa dibalas dengan nyawa, maka dendam tak akan pernah usai.

—ווח

ALICE sampai di Foster sebelum V01 dan V02 tiba. Beruntungnya dua kelompok vampire itu tidak melihat keberadaannya. Tapi Alice tak tahu bagaimana keadaan Mr. Liberth sekarang. Apa Mr. Liberth berhasil bersembunyi dengan selamat? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Sambil berjalan, tak terasa Alice sampai di ruangan Miss Murray. Guru itu langsung memberikan pertanyaan bertubi-tubi padanya.bhh

"Bagaimana? Apa kau sudah memberitahu Mr. Liberth? Apa dia baik-baik saja? Apa dia berhasil bersembunyi? Dimana dia sekarang?"

Alice mengisyaratkan Miss Murray untuk menarik napas dalam. Guru itu segera mengikuti intruksi Alice. "Anda tidak perlu khawatir. Mr. Liberth sudah pergi dari apartementnya. Tapi saya tidak tahu dimana beliau sekarang. Kami harus berpisah untuk menghindari kecurigaan V02." Alice tak mengatakan bahwa ada satu kelompok lagi yang ikut datang sore ini. Siapa lagi kalau bukan musuh vampire Amber. Alice hanya tak ingin Miss Murray semakin panik jika mendengarnya.

"Syukurlah jika mereka tak menemukan Mr. Liberth." Miss Murray menghembuskan napas lega. 

"Jika ada mengetahui sesuatu tentang Mr. Liberth, tolong beritahu saya," ucap Alice membuat Miss Murray mengusap bahunya dengan lembut. 

"Tentu saja, Alice," ucap Miss Murray dengan senyum menguatkan.

***

"Dimana Alice?" Sean menatap marah ke arah Zero yang kini sedang berlutut di hadapannya. Lensa cokelat Sean sudah berubah merah sepenuhnya. Giginya mengatup keras menahan emosi.

"Maaf, Pangeran. Saya sejak tadi mencari Nona, namun ia sama sekali tak terlihat. Bahkan teman-temannya tak tahu Nona ada di mana." Zero menunduk, tak berani menatap Sean yang sedang murka. Ia sendiri merutuki dirinya yang lengah dan kehilangan Alice. Bukan karena Sean atau Zero yang terlalu protektif, masalahnya mereka khawatir jika penyusup yang mencelakai Xavier juga kini sedang menargetkan Alice.

Sejak tadi Sean dan Zero mencari Alice ke semua penjuru sekolah serta asrama, namun gadis itu sama sekali tak menunjukkan batang hidunya. Entah pergi kemana Alice. Bahkan tak ada nama gadis itu di daftar murid yang diizinkan keluar dari area Foster. Hal tersebut menambah kalut pikiran Sean.

"Apa saat pulang sekolah kau tidak melihatnya?" tanya Sean lagi berusaha menemukan petunjuk. 

"Tidak, Pangeran." Zero perlahan mendongak, menatap raut cemas di wajah Sean.

"Aku tak bisa mendengar keberadaannya." Sean berjalan mondar-mandir dengan alis mengkerut. "Apa penyusup itu menculik Alice?" gumamnya lagi dengan suara tak jelas. Tiba-tiba saja Sean berhenti melangkah. Matanya melebar dan seketika ia menatap ke ujung lorong. Zero mengikuti arah pandang Sean. Penasaran dengan apa yang mengalihkan perhatiannya. Tak berselang lama, mereka melihat sosok Alice yang berjalan mendekat. Gadis itu masih memakai seragam sekolahnya.

Sean sontak saja melesat cepat ke hadapan Alice. Dan dengan polosnya Alice langsung tersenyum. "Sean!"

"Kau dari mana saja?!" Sean segera memeluk Alice. Gadis di depannya terkejut sekaligus teringat kalau ia memang tidak memberitahu Sean maupun Zero tentang kepergiannya tadi sore. 

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang