Bab 19 - Mimpi Buruk

56.1K 5.3K 387
                                    

Kita resmi menjadi sepasang teman. Jadi jangan menghindariku lagi.

***

Sedetik yang lalu, Sean merasakan tubuhnya kaku penuh keterkejutan. Alice yang semula berdiri di depannya tiba-tiba saja ambruk di atas rerumputan yang sejak tadi memenuhi tempat tersebut.

Namun secepat mungkin, Sean sadar dari kebisuannya. Dengan wajah panik, ia menghampiri Alice. Berlutut di samping gadis itu, lalu membawa kepala Alice ke dalam pangkuannya.

Sean benar-benar bingung. Sebelumnya Alice baik-baik saja. Tapi entah kenapa, setelah terdiam cukup lama, gadis itu tiba-tiba pingsan. Sean bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana Alice membuka matanya, dan mendadak melepaskan genggaman tangan mereka lalu jatuh begitu saja ke tanah. Sean terlalu terkejut sampai tak bisa melakukan gerakan refleks untuk menangkap tubuh gadis itu. Hal itu benar-benar tak pernah terduga sebelumnya.

"Alice!"

Sean berusaha membangunkan Alice dengan menepuk pelan pipi gadis itu. Tapi Alice masih belum terjaga juga. Sean tak menyerah, ia terus memanggil gadis itu. "Alice! Ada apa denganmu? Alice! Sadarlah! Alice!"

Beberapa detik terlewati, sampai akhirnya kelopak mata Alice perlahan bergerak. Gadis itu membuka matanya, berhasil meloloskan helaan napas lega dari Sean. Ia sempat mengira bahwa ada sesuatu yang serius terjadi pada Alice.

"Syukurlah. Alice, ada apa? Kenapa kau tiba-tiba pingsan seperti ini?" Sean memusatkan matanya pada wajah Alice, menunggu penjelasan gadis itu. Ia melihat Alice juga nampak kebingungan, terlihat dari mata di depannya yang melirik ke sembarang arah. Diikuti kerutan di kedua alisnya.

"Aku ...."

Alice tak tahu harus berbicara apa. Ia sendiri bingung kenapa dirinya bisa pingsan hanya karena melihat masa lalu seseorang. Hal itu biasanya tak pernah terjadi pada dirinya. Sebenarnya ia memang pernah tak sadarkan diri setelah menggunakan kemampuannya, tapi itu dulu sekali saat ia mencoba melihat kenangan yang belum bisa dilupakan Rose. Dan setelah itu Alice tak berani lagi melihat kenangan Ibunya. Karena kenangan menyakitkan itu pun ia sadari juga membuatnya sedih. Dan ia tak ingin kejadian yang sama terulang lagi. Tapi tak disangka, hal itu terjadi di sini. Di hadapam Sean.

"Ada apa?" Sean bertanya, nadanya terdengar khawatir. Alice yakin Sean pasti terkejut. Dan ia berusaha terlihat baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa." Alice balas menatap Sean. Mencoba menelisik ke dalam bola mata yang terlihat cema.

Maaf Sean. Aku seharusnya tak lancang melihat masa lalumu. Jika kau tahu aku melihat kenangan menyakitkanmu, kau pasti tak akan mau bertemu denganku lagi. Dan untuk kesekian kalinya, semua kenangan itu membuatku sedih.

"Kau yakin?" Lagi-lagi terdengar nada khawatir dari ucapan Sean. Ada rasa hangat yang menyelinap masuk ke dalam hati Alice ketika tahu Sean mencemaskannya. Ia bahkan tak melihat tatapan dingin dan mata tajam yang biasa ditunjukkan lelaki itu.

Alice hanya mampu mengangguk. Ia berusaha untuk beranjak duduk, tak ingin kecemasan Sean bertambah karena melihat dirinya berbaring.

"Benar tidak apa-apa?" Untuk kesekian kalinya, Sean mengajukan pertanyaan yang serupa. Lelaki itu segera membantu Alice duduk.

Alice mengangguk lagi. "Aku baik-baik saja, Sean. Sungguh." Ia tersenyum, berusaha terlihat semangat.

"Baiklah. Lebih baik kita pulang."

Alice tak membantah ketika Sean membantunya untuk berdiri. Dengan perlahan ia bangkit. Namun rasa lemas tiba-tiba menyerang sekujur tubuhnya. Untungnya ia tak ambruk lagi. Tapi Alice kembali dilanda kebingungan. Belum lagi rasa takut yang menusuk hati serta pikirannya, membuat Alice membeku.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang