Bab 66 - Tak Menemukan

33.1K 3.4K 155
                                    

Mereka mencari. Berusaha menemukan solusi. Waktu pun tak bisa berhenti. Dan keputusan sedang menanti.

וו×

NAPAS Alice terdengar memburu. Namun gadis itu tak ingin berhenti. Meskipun gerakan tekniknya masih belum bagus, tapi Alice tak menyerah.Dirinya terus saja melayangkan pukulan dan tendangan pada dua Pyongyo yang sedang dipegang Ana. Matanya terlihat serius. Menatap tajam ke arah dua target tersebut. Keringat pun sudah sejak tadi membanjiri tubuhnya.

"Ada apa dengan Alice?" tanya Helen yang melihat Alice sedang berlatih taekwondo.

"Aku juga tidak tahu. Ini sudah berlangsung selama empat puluh menit," jawab Lexi sambil melirik sebentar ke arah layar ponselnya. Gadis itu duduk di samping Helen. Mereka sedang berada di area lapangan indoor.

Helen menjauhkan bibirnya dari sedotan dan menatap Lexi tak percaya. "Empat puluh menit? Dia, kan masih pemula. Apa Alice tak lelah?" Helen kembali menatap Alice sambil menyeruput jus jeruknya.

Ana sendiri yang sejak tadi memperhatikan wajah Alice, nampak mengernyit heran. "Alice, ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seserius ini?"

Alice terus memukul Pyongyo dengan kekuatan penuh. "Kali ini aku benar-benar ingin bisa bela diri. Dengan begitu aku bisa melindungi diriku, dan orang lain." Ia tak menoleh, masih fokus pada targetnya.

"Iya, aku tahu. Tapi kenapa kau mempunyai keinginan seperti itu? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Alice menghentikan pukulannya. Ia menatap Ana sebentar. Bahunya naik turun karena napas yang tak beraturan. "Tidak ada." Dirinya kembali melanjutkan latihan. "Aku hanya berjaga-jaga, jika nanti ada penjahat yang mencopetku, aku bisa memukulnya."

Ana mengernyit tak percaya. Ia memperhatikan wajah serius Alice. Tatapan matanya yang penuh tekad, Ana belum pernah melihat Alice seperti itu sebelumnya. Terlebih saat mereka latihan. Aku tahu itu bukan alasanmu, Alice. Matamu tak bisa membohongiku. Ada alasan khusus kenapa kau jadi seperti ini. Dan aku harap itu bukan sesuatu yang buruk.

"Aku lelah," ucap Ana dengan wajah yang dibuat selelah mungkin. Jika tidak seperti itu, Alice mungkin akan melanjutkannya sampai sore nanti.

Gerakan tangan Alice refleks berhenti. Ia menatap Ana dengan anggukan di kepala. "Baiklah," ucap gadis itu sambil berusaha mengatur napasnya. "Kalau begitu aku akan latihan dengan Sand-Sack."

"Apa?!" Ana seketika melotot terkejut. Ia segera menahan lengan Alice yang hendak pergi ke ruang klub taekwondo. "Tidak, maksudku kita istirahat dulu. Kau tidak lelah? Hampir satu jam kau terus berlatih seperti itu."

"Tapi ini belum cukup!" Alice menatap Ana tajam.

Ana mengernyit, menyelidiki mata hijau gadis di depannya. "Kau benar-benar tidak seperti biasanya, Alice."

Alice hanya diam, dan tak mengendurkan tatapannya.

"Seseorang menunggumu," ujar Ana sambil melepaskan genggaman tangannya di lengan Alice. Ia mengisyaratkan Alice untuk melihat ke belakang. Alice pun menoleh dan mendapati Sean berdiri beberapa meter dari tempatnya.

"Temui dia. Dan beristirahatlah."

Alice menghela napas pasrah, ia pun akhirnya mengangguk sebagai jawaban. Dengan langkah pelan, Alice menghampiri Sean. Sedangkan Ana berjalan menuju tempat Helen dan Lexi duduk.

"Ada apa dengan Alice?" Helen mendongak menatap Ana yang sedang meneguk air mineralnya.

"Aku juga tidak tahu. Dia tak ingin menceritakannya," jawab Ana yang kini sibuk mengambil sesuatu di tas.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang