Bab 61 - Tak Ingin Menyerah

42.1K 3.8K 275
                                    

Tak apa menyerah saat tak mampu melangkah. Karena di dunia ini ... ada hal-hal yang harus kita hadapi dengan merelakan.

-וו×-

BRAK!

"ALICE! SEAN!"

"Ssttt!" Sean segera menempelkan telunjuknya di depan bibir, ketika Dustin yang baru saja membuka pintu gubuk tiba-tiba berteriak.

Seketika, lelaki yang mirip dengan Austin itu langsung bungkam. Tidak hanya dirinya, tapi juga anggota V02 yang lain mendadak melongo terkejut mendapati Alice tidur di pangkuan Sean -dengan kepala yang berada di dada bidang lelaki itu. Sebagian dari mereka justru salah tingkah. Bahkan Max dan Austin memilih membuang muka ke arah lain.

"Apa dia baik-baik saja?" Liam segera mendekat dengan David yang menyusul di belakangnya.

"Alice demam. Aku tak tahu apakah demamnya sudah turun atau belum," jawab Sean sambil melirik Alice yang masih terlelap.

"Coba baringkan. Aku akan memeriksanya."

Sean pun menurut. Ia membaringkan Alice di depan perapian, dan membiarkan Liam serta David memeriksa gadis itu. Dirinya berdiri dan melangkah mundur sedikit menjauh.

"Kau sangat mencintainya?"

Sean menoleh ke samping kala Austin yang kini berdiri di sebelah kanannya membuka suara. Lelaki yang lebih pendek dari Sean itu sedang menatap Alice. Seolah sedang menunjuk orang yang dimaksudnya tadi.

Sean juga ikut beralih menatap Alice. Cukup lama ia terdiam, sampai akhirnya menjawab, "Sangat."

Austin menoleh dengan wajah terkejut. Apalagi ketika melihat seulas senyum lembut terukir di bibir Sean
Belum lagi matanya memancarkan kehangatan saat menatap Alice, tidak seperti biasanya.

"Aku tak bisa hidup tanpa Alice."

Perkataan Sean selanjutnya kembali membuat Austin mengangkat kedua alis, terkejut. Ia pikir Sean akan memilih gengsinya yang cukup tinggi, mengingat lelaki itu sangat dingin dan tak pernah berkata romantis seperti itu. Tapi dugaannya salah. Sean justru berkata jujur dan tak terlihat malu sedikit pun.

Sean yang merasa diperhatikan, akhirnya menoleh. Ia melihat Austin melongo sambil menatap dirinya. Dan entah kenapa itu membuatnya berdecak kesal. Sambil memutar mata malas, Sean berkata, "Aku tahu ini terdengar berlebihan. Namun itulah kenyataannya. Perasaan yang aku rasakan pada Alice, rasanya aku belum pernah merasakannya. Bahkan ini jauh lebih dalam dari perasaanku pada Angel. Ketika kau juga hanya bisa hidup dengan satu orang gadis, kau akan mengerti."

Sean kembali memusatkan pandangannya pada Alice. Sedangkan Austin justru terdiam. Mencerna semua perkataan Sean. Dan entah kenapa, ia sedikit mengerti.

"Untungnya kondisi Alice tak terlalu parah. Dan badai juga sudah reda. Ini kesempatan kita untuk membawanya kembali ke sekolah," ucap Liam sambil mengedarkan pandangan menatap teman-temannya. Lalu mata lelaki itu berhenti tepat ke arah Sean, seolah sedang meminta izin pada vampire itu atas perkataannya tadi.

Sean hanya menjawab dengan anggukan. Lalu lelaki itu mendekati Alice. Memakaikan gadis yang masih tertidur itu dengan beberapa mantel. David juga segera membantu Sean yang sedikit kesulitan. Setelah dirasa tubuh Alice bisa menahan hawa dingin di luar sana, Sean mulai menggendong gadis itu di punggungnya. Lalu mereka segera keluar dari tempat tersebut. Berusaha untuk sampai ke sekolah secepat mungkin.

Tak ada percakapan yang berarti selama perjalanan. Karena mereka berlari dan berusaha fokus pada jalan di depan. Sean -sambil membawa Alice, Liam dan David berada di barisan depan. Sedangkan Max, Austin dan Dustin menyusul di barisan belakang.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang