Bab 5 - Sosok Seorang Penyelamat

94.7K 8K 397
                                    

Kau tak akan tahu apa yang ada dalam hati seseorang. Bisa jadi orang yang kau kira tak pernah memperhatikanmu, justru adalah orang yang paling peduli padamu.

—ווח

ALICE bergidik ngeri membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu. Bertemu seorang lelaki yang mengikutimu dan menghilang seperti hantu, dan lelaki yang hanya menatapmu dalam keheningan, pasti akan membuat jantungmu berpacu tak karuan. Sama seperti Alice. Jantungnya sudah sangat menggila. Dan ketenangan yang seharusnya ia dapat dipagi hari, kini telah hilang dalam sekejap.

Tapi semakin Alice sadari, semua yang terjadi padanya semenjak bersekolah di Sekolah Asrama Foster terasa semakin aneh. Semuanya selalu menimbulkan tanda tanya di kepala Alice. Dan ia tak ingin hidupnya terusik oleh hal tersebut. Alice hanya ingin hidup seperti Helen dan Ana. Normal seperti biasa.

Ia menghela napas pelan, lalu segera mempercepat langkahnya. Alice tak ingin berjumpa lagi dengan kejadian aneh. Ia hanya ingin sampai ke kelasnya dengan selamat.

Jika melihat keadaan sekolah saat ini, terlihat mulai ramai dengan murid-murid yang berlalu-lalang di koridor maupun lorong sekolah. Alice sedikit lega mendapati hal tersebut. Setidaknya ia tak perlu khawatir jika ada lelaki lain yang mengikutinya diam-diam.

Meskipun seharusnya Alice tidak mengabaikan tentang penguntit itu, dan sebaiknya melapor ke guru atau wali kelas. Tapi jujur saja, Alice tak ingin berurusan dengan sesuatu yang rumit.

Jika masalahnya sampai terdengar ke telinga guru-guru, sudah dipastikan Alice tak akan bisa mengikuti pelajaran hari ini dengan tenang. Belum lagi bisikan murid-murid lain yang mungkin akan menganggu telinganya. Alice tak suka itu, jadi ia memilih diam dan menganggap kejadian pagi itu tak pernah terjadi.

Tanpa sadar, Alice sudah sampai di ambang pintu kelas. Ia dapat melihat beberapa teman sekelasnya sudah datang. Lumayan banyak. Dan di sana ia melihat Sean. Duduk tenang di bangkunya ditemani sebuah headset.

Sejenak Alice menghembuskan napas pelan. Rasanya ia selalu gugup jika duduk di samping Sean. Bukan karena ia suka pada Sean. Hanya saja keadaan canggung yang dirasakan terasa begitu tak nyaman.

Setelah menyiapkan mentalnya, Alice segera melangkah masuk menuju kursinya. Tanpa basa-basi, Alice segera duduk. Ia masih tak berani untuk menyapa Sean ataupun berbicara pada lelaki itu. Sikap dingin dan tak acuh Sean membuat nyali Alice menciut.

"Alice, apa hidungmu sudah tidak sakit? Semalam kau tidur nyenyak, 'kan?" tanya Helen yang duduk di kursi Ana. Alice memutar tubuhnya menghadap gadis itu.

Jika ditanya apa Alice tidur nyenyak semalam? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Mana mungkin ia bisa tidur nyenyak jika mimpi buruk selalu datang mengusik tidurnya. Alice bahkan hampir frustrasi. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu bermimpi buruk. Dan selalu mimpi yang sama.

Tapi Alice tak mungkin menceritakan semua itu pada Helen. Bahkan soal penguntit pagi ini pun Alice tak bisa menceritakannya pada Helen maupun Ana. Ia hanya merasa kedekatannya dengan mereka belum sampai pada tahap dimana Alice bisa menceritakan semua masalahnya dengan bebas.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang