Bab 23 - THE LAST ONE

1.4K 191 51
                                    

BAB 23 - Harapan

Harapan mungkin saja terlihat seperti satu titik bintang di langit yang kelam.

—ווח

MALAM itu, V02 memberikan penjagaan ketat pada asrama Putri. Kejadian di kamar Alice memang tidak seheboh penemuan mayat Maggie. Namun dari kesimpulan yang David berikan, mampu membuat V02 bergerak memperketat keamanan mereka.

Alice dan Lexi bangun lebih pagi untuk membereskan kekacauan di kamar mereka. Helen dan Ana pun ikut membantu sambil bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ketika mereka berjalan bersama menuju halaman depan, Alice melihat sosok Sean dan Zero yang berada beberapa meter dari tempatnya. Dua lelaki itu mengikuti Alice di belakang sambil tetap menjaga jarak agar teman-teman Alice tak curiga. Lalu ketika mereka sampai di kantin untuk sarapan, Sean dan Zero menghilang entah kemana.

Kejadian kemarin tentu membuat Sean khawatir pada Alice. Apalagi Alice juga baru tertimpa musibah dengan perampokan di rumahnya. Belum lagi teror di Foster yang entah dari siapa, Sean sendiri sedang menyelidiki hal itu.

“Apa mungkin yang membuat kamar kalian berantakan adalah pelaku yang sama yang membunuh Maggie?” Perkataan Helen sontak membuat ketiga gadis di meja itu menoleh. “Pembunuh itu belum tertangkap sampai sekarang, kan?” Seketika raut wajah Lexi berubah kesal. Matanya menajam mengingat siapa yang sebenarnya membunuh Maggie.

“Jangan asal bicara!bMemangnya ada urusan apa pelaku itu dengan Lexi dan Alice?!” Ana menimpal dengan cepat. “Sudah, sudah! Daripada membicarakan hal itu, lebih baik minum susu kotakmu, Helen!” Ana langsung menyodorkan susu kotak ke mulut Helen dengan gemas. Sedangkan gadis berambut pirang itu hanya mengerucutkan bibirnya kesal.

Alice mengedarkan pandangannya ke sekitar kantin. Ia tak tahu siapa yang mengincarnya. Yang jelas vampire itu punya tato mawar hitam di tubuhnya. Seseorang yang mungkin saja sedang memperhatikannya saat ini.

Tak terasa, bel masuk pun berbunyi. Alice duduk sebangku dengan Sean seperti biasa. Ia berusaha fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung. Mengenyampingkan sejenak pikirannya tentang Black Rose. Lalu ketika bel istirahat berbunyi, Max berdiri di ambang pintu belakang dan menatap ke arah tempat duduk Sean. Sean yang melihat itu seolah mengerti.

“Zero akan menemanimu." Sean mengelus lembut rambut Alice. "Untuk sementara jangan pergi sendirian,” ucapnya lagi yang hanya diangguki oleh Alice. Sean pun berjalan pergi mengikuti Max bersama si kembar. Mereka berjalan menuju ruangan V02. David dan Liam sudah menunggu di sana. Mereka pun duduk di sofa yang sama dengan wajah serius.

“Ini tentang kejadian di kamar Alice,” ucap Liam menatap Sean.

“Apa kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan?” Sean mendapati gelengan dari Max dan si kembar atas pertanyaannya.

“Apa V01 yang menyuruh seseorang melakukan itu?” gumam Austin yang langsung mendapat tatapan dari semuanya. “Kenapa? Aku hanya menduga-duga,” ucapnya dengan bahu terangkat.

“Tapi untuk apa mereka melakukan itu? Sedangkan Alice sudah menjadi bagian dari bangsa Rod,” ucap Liam, langsung diangguki yang lain. “Untuk sekarang kita harus berpatroli dengan ketat. Karena kemungkinan pelaku itu akan berbuat ulah lagi.”

Sean melihat David yang sejak tadi diam. Lelaki itu nampak sedang berpikir keras. Sean penasaran apa yang ada di kepala David. Dan ia memutuskan untuk bertanya, “Bagaimana menurutmu, David?”

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang