Ia tak tahu apa konsekuensi yang akan ia tanggung dari keputusannya. Tapi yang pasti, hal itu akan menjadi rintangan besar untuk mereka berdua.
—ווח
ALICE termenung. Masih memikirkan masa lalu Zero yang dilihatnya tadi malam. Satu yang ia tahu, Zero sangat menyayangi keluarganya. Dan Zero mungkin berulah di sekolah ini karena masalah keluarganya yang menyeret-nyeret nama Pangeran Chris. Alice sebenarnya tak mengerti sepenuhnya tentang masalah keluarga Zero. Hanya saja, kata tugas terakhir yang dibahas oleh mereka berhasil membuat Alice penasaran. Sebenarnya, tugas seperti apa yang harus dikerjakan Zero dan dua saudaranya? Apakah itu juga menyangkut tentang ulah Zero di sekolah ini? Atau menyangkut tentang sikap Zero yang mengincar darah Alice?
Sejak pagi Alice terus memikirkan hal itu. Alisnya mengkerut. Mencoba untuk mencerna hal tersebut baik-baik.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Alice menoleh menatap Austin yang duduk di sebelah kirinya —dekat tembok. Ia lupa sekarang ia duduk bersama Austin. Jadi wajar jika lelaki itu penasaran dan bertanya. Tidak seperti Sean yang hanya akan diam.
"Bukan apa-apa," jawab Alice sambil tersenyum tipis.
"Kudengar kau akan mendonorkan darahmu hari ini?" tanya Austin hati-hati.
Alice sedikit mengernyit. "Ya. Kenapa?"
Austin menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Hanya saja suntikan Liam sangat menyakitkan," canda Austin diikuti kekehannya.
Alice ikut terkekeh. "Aku jadi tak sabar." Dan mereka berdua tertawa.
Tanpa mereka sadari, Sean sejak tadi memperhatikan keduanya. Sejak tadi Sean mendengar, dan ada perasaan panas di hatinya. Apa ia cemburu? Sekarang Sean tahu bagaimana rasanya. Dan itu tak enak. Seolah emosinya ingin menguasai tubuh Sean. Dan tak mudah untuk menahan agar ia tidak melempar Austin dan menyeret Alice sekarang juga.
Sean segera memalingkan wajahnya ke luar jendela. Lalu menghela napas pelan. Ternyata aku benar-benar mencintainya.
***
Istirahat sudah terlewati. Sekarang pelajaran kembali di mulai. Biasanya Alice akan sangat senang dan serius dengan pelajaran Fisika. Namun lagi-lagi dirinya hanya asik melamun. Kali ini Alice sibuk memikirkan apa yang harus ia putuskan sebelum bel pulang berbunyi? Apakah ia harus memberikan darahnya pada Zero? Atau menolak saja dengan alasan belum siap?
Alice bingung. Ia sesekali menatap jam di dinding kelas. Setiap detik, setiap menit terus bergerak dan berlalu. Membuat jantung Alice berdetak cepat.
Apa yang harus aku lakukan? Zero membutuhkan darahku. Tapi aku tak tahu apa yang akan terjadi jika aku memberikan darahku padanya? Apakah sesuatu yang buruk akan terjadi? Tapi Zero sangat membutuhkan darahku sekarang!
Alice menatap buku paket di depannya dengan mata yang tak fokus. Aku harus mencari tahu sekali lagi. Dan ini akan menjadi keputusan akhirku.
Setelah memantapkan hatinya, Alice izin ke guru yang mengajar untuk pergi ke toilet. Tujuan sebenarnya tentu saja bukan ke tempat tersebut. Ia akan menemui Zero lagi. Dan akan kembali melihat masa lalunya. Setelah itu baru Alice memutuskan tindakan apa yang akan ia ambil.
Alice berjalan cepat menuju UKS. Ia sengaja menyelinap di jam pelajaran terakhir hari ini agar tidak ada seorang pun berada di UKS. Alice yakin Liam atau kedua saudara Zero —yang biasa menemani lelaki itu, sedang berada di kelas mereka. Dan akan kembali sepulang sekolah nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampirosSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...