Bab 42 - Undangan

33.3K 3.8K 309
                                    

Mereka baik-baik saja. Tapi masalah bisa datang kapan saja, membuat jarak yang sangat lebar.

—ווח

HARI ini hari pertama Alice menjauhi Sean. Janji tetaplah janji, dan harus ditepati. Alice hanya berharap ia tak melanggar perjanjian yang sudah disetujuinya bersama Angel. Alice bukan tipikal orang yang suka mengingkari janjinya. Karena itu, ia berusaha membuat jarak yang sangat lebar antara dirinya dan Sean.

Alice melangkah seperti biasa ke dalam kelas. Namun kakinya kali ini tak membawa Alice ke bangku yang setiap hari ia tempati bersama Sean. Gadis itu justru melangkah menghampiri meja Dustin dan Austin. Sean, Helen, Ana dan si kembar yang sudah datang mengernyit heran. Tapi mereka hanya diam dan melihat kemana Alice pergi.

"Dustin, bisakah kau pindah ke bangku Sean?" 

Alice berhenti di depan bangku Dustin. Membuat lelaki di depannya terkejut kebingungan. Begitu pun Austin yang duduk di samping Dustin. Mereka bertanya-tanya, situasi macam apa yang sedang terjadi? Alice belum pernah seaneh ini —dengan meminta secara pribadi kepada Dustin, terlebih lagi gadis itu meminta Dustin untuk pindah ke bangku Sean. Secara tidak langsung, Alice mengatakan bahwa dia ingin duduk bersama Austin

Mereka tak ingin salah paham. Tapi Ana sudah salah mengartikan maksud permintaan Alice. Gadis itu menatap tak percaya ke arah Alice dan Austin bergantian. Kenapa Alice ingin pindah? Dan kenapa harus di bangku Austin? Apa Alice sebenarnya menyukai Austin?

Sean yang jelas-jelas mendengar perkataan Alice sama terkejutnya. Ia pikir, kemarin Alice bersikap aneh karena gadis itu sedih ditinggal Ibunya ke London. Tapi sepertinya Sean salah. Memang ada sesuatu yang terjadi pada Alice. Dan ia tak tahu apa itu.

"Kenapa aku harus pindah? Bukankah kau biasanya duduk dengan Sean?" tanya Dustin sedikit tak enak.

"Aku hanya ingin duduk dengan Austin."

Austin melotot tak percaya. Ia tak ingin kegeeran, tapi perkataan Alice benar-benar membuat orang lain salah paham. Terlebih Alice mengatakannya secara terang-terangan, dengan wajah datar seolah ia tak ragu sedikit pun dengan perkataannya.

Di samping itu, Helen sedang mati-matian menahan teriakannya. Ia sangat heboh sekaligus merasa canggung dengan suasana di sekitar mereka sekarang. Sesekali Helen melirik ke arah Ana yang masih terkejut.

Jadi benar Alice menyukai Austin? batin Ana yang entah kenapa tak tahu harus berekspresi seperti apa. Ingin senang rasanya tidak bisa. Ingin marah, untuk apa? Ingin menggoda, tapi ia tak bersemangat. Ada apa denganku?

Dustin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung. Haruskah ia pindah ke tempat Sean? Dustin melirik saudara kembarnya sebentar. Berharap Austin bisa membantu. Tapi saudaranya itu justru balas menatap Dustin dengan pandangan bingung.

"Dustin, cepatlah!" Alice nampaknya sedang tidak dalam mood yang baik. Nada suara gadis itu terdengar lebih ketus dari biasanya.

"Ba-baiklah." Dustin akhirnya memilih pergi. Ia pasrah.

Austin yang melihat hal itu melotot tak percaya. Ia ingin mencegah namun merasa tak enak juga dengan Alice. Austin yakin ada sesuatu yang terjadi antara Alice dan Sean. Apa mereka bertengkar? batin Austin menatap dua orang yang ia maksud bergantian.

"Ha-hai Sean." Dustin menyapa Sean dengan gugup. Biasanya ia tak akan segugup ini, apalagi pada musuhnya sendiri. Tapi saat ini Dustin merasakan aura menakutkan yang menguar dari tubuh Sean. Mata lelaki itu terlihat tajam, dan wajahnya benar-benar tak bersahabat. Bukan ditujukan pada Dustin, tapi pada bangku Austin.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang