Bab 86 - Berjuang sampai Akhir!

24.7K 3K 192
                                    

Kau adalah satu-satunya alasanku bertahan melawan rasa sakit ini.

—ווח

CHRIS melangkah lebar melewati lorong mansion. Wajah lelaki itu nampak serius. Di belakangnya menyusul anggota V01. Sedangkan Zero sudah sejak tadi keluar mencari Alice. Berharap bisa menemukan gadis itu lebih dulu dan melindunginya dari amukan Chris.

"Cepat cari Alice! Dia pasti menuju kastil bawah tanah!" perintah Chris pada salah satu penjaga yang sejak tadi mengikutinya. Penjaga itu mengangguk paham, lalu mengisyaratkan penjaga yang lain untuk mengikutinya ke halaman mansion.

"Sepertinya kita terlalu meremehkan manusia itu." Caleb membuka suara. Lelaki itu menyeringai sambil menatap Chris yang sedang menggeram.

"Gadis itu sangat keras kepala!" Chris mendesis pelan. Tak ada yang membuka suara lagi. Mereka sibuk dengan keheningan.

***

Sel tahanan nampak sepi. Tak ada suara apapun yang sebelumnya memenuhi tempat tersebut. Kegelapan dan kesunyian menyatu. Hanya cahaya bulan yang kini menjadi satu-satunya objek paling indah di sana. Kilauannya tepat menyorot tubuh kaku Sean. Lelaki itu berbaring tengkurap di atas tanah kotor nan lembab.

Dalam remang-remang kesadarannya, Sean mencoba menggerakkan jari-jari tangannya. Rasanya sangat sulit. Seluruh tubuh lelaki itu seolah mati rasa. Namun yang paling menyiksa adalah rasa sakit di punggungnya. Seolah ada puluhan pisau yang sedang menancap di sana.

Tiba-tiba potongan kejadian antara dirinya dan Richard terlintas. Seolah ingin mengingatkan pada Sean bahwa harapan itu masih ada. Belum.benar-benar sirna di tempat dingin itu.

"Tangkap!" Richard melemparkan sebuah benda ke arah Sean. Membuat lelaki yang menjadi keponakannya itu secara refleks menangkap benda tersebut. Sean mengangkat sebelah alisnya.

"Simpan itu! Kau akan membutuhkannya."

Sean beralih menatap benda kecil di tangannya. Sebuah kunci. Ukurannya cukup besar dibanding kunci pintu di asrama.

"Untuk apa?" Sean kembali menatap Richard yang sedang menyandarkan tubuhnya pada meja dapur.

"Itu kunci borgol untuk para tahanan. Semua kuncinya sama. Aku mengambil salah satu dari penjaga di sini."

Sean menatap pamannya itu dengan serius. Alisnya mengkerut tajam, membuat Richard mengangkat kedua bahunya.

"Aku tahu kau akan membutuhkannya. Hukuman itu akan tetap dijalankan. Dan kau ... tentunya harus berjuang sampai akhir. Jadi gunakan kunci itu. Kecuali jika kau memang ingin mati di tangan mereka."

Sean mengerkutkan dahinya, meringis merasakan denyutan hebat yang terus menyerang punggungnya. Mata lelaki itu masih terpejam. Sepertinya kesunyian menjadi hal terbaik yang bisa Sean rasakan saat ini.

"Kau tentunya harus berjuang sampai akhir."

Kata-kata Richard terus terngiang. Memaksa Sean untuk bangkit. Namun alih-alih membuka mata, lelaki itu justru tersenyum miris.

"Bagaimana caranya aku berjuang, jika duduk saja rasanya aku tak mampu?" Sean bergumam pelan. Suaranya terdengar lemah. Membuat ia sadar bahwa dirinya hanyalah makhluk tak berdaya yang masih mengharapkan akhir bahagia.

Mata Sean perlahan terbuka. Memperlihatkan lensa coklat madunya yang tersinari cahaya rembulan. Tiba-tiba pandangan Sean jatuh pada objek di sampingnya. Sebuah bandul kalung berbentuk huruf P yang Alice berikan untuknya. Kalung itu tepat berada di depan matanya. Berkilau indah seperti salju di musim dingin.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang