Bab 89 - Sisi Sean

23.1K 3.2K 306
                                    

Jangan tinggalkan aku. Biarkan aku menemanimu dalam kegelapan.

וו×

SEAN saat berumur 10 tahun di dunia manusia.

"Mom, kenapa Mom mencintai Dad?"

Wanita di sampingku tertawa. Namun tak lama, setelah itu Mom menatapku dengan senyuman lembut.

"Mom sendiri tidak tahu." Kepala Mom menggeleng pelan, membuat rambut coklatnya mulai terkibas.

"Apa karena Dad vampire Merah, bukan manusia atau vampire Amber?"

Terlihat senyum lebar penuh arti di bibir Mom. Tangannya merangkul bahuku dengan tubuh yang sedikit membungkuk, mensejajarkan dengan tinggi badanku.

"Bahkan jika Dad bukan vampire Merah, Mom rasa ... Mom akan tetap mencintainya."

"Benarkah? Kita kan tidak boleh menyukai manusia atau vampire Amber."

Mom mengangguk cepat tanpa keraguan. "Tentu saja. Cinta datangnya dari hati. Bukan dari perkataan seseorang. Cinta tak mengenal ras atau perbedaan. Tak peduli dia manusia, vampire Merah atau vampire Amber, cinta bisa datang ke hati siapa saja. Kapan pun."

"Jadi tidak apa-apa jika aku suka pada manusia atau vampire Amber?"

Mom sedikit menjauhkan tubuhnya. Menghela napas cukup berat. "Bertemanlah dengan mereka, Sean." Mom menoleh menatapku. "Mereka bukan makanan atau musuh. Mereka sama seperti kita. Hidup berdampingan dan saling membutuhkan."

Mom kembali tersenyum hangat. Tangannya mengusap lembut kepalaku. "Ketika kau besar nanti, kau akan tahu apa itu cinta. Sesuatu yang tulus datang dari hatimu. Dan ketika saat itu tiba, jangan pernah lepaskan gadis itu. Karena dia adalah satu-satunya yang kau butuhkan."

***

Aku membeku. Mataku masih terpaku pada tempat dimana Alice menjatuhkan diri. Dia ... mengorbankan dirinya untukku?

Akhh! Tubuhku tiba-tiba terasa sakit. Lebih sakit dari cambukan yang diberikan Sam. Dadaku sesak dan hatiku hancur berkeping-keping. Melihat orang yang kucintai pergi demi diriku, sungguh sesuatu yang bodoh. Alice tidak sepantasnya mati demi diriku. Aku ... yang bahkan tak bisa melindunginya?!

Tidak. Ini belum terlambat. Aku telah menemukan seseorang yang kubutuhkan, Mom. Seseorang yang sangat kucintai dan mengajarkanku apa artinya cinta.

Perjuangan. Pengorbanan. Kasih sayang.

Aku tak boleh melepaskannya, benar? Aku harus terus menggenggamnya dengan erat. Menjaganya dari dekat. Jadi tanpa pikir panjang, aku berlari. Melompat dengan mudahnya hingga kurasakan tubuhku jatuh begitu cepat.

Sebelum aku benar-benar jatuh membentur danau, aku mendengar mereka terkesiap. Semua yang menyaksikan kenekatanku dan Alice terkejut. Tak terkecuali dengan V01. Tapi aku tak peduli.

Kini tubuhku sukses tenggelam dalam rasa dingin yang menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini tubuhku sukses tenggelam dalam rasa dingin yang menyakitkan. Luka-luka di punggungku rasanya semakin menyiksa. Perih ketika terkena air seperti panah yang ditusukkan berulang-ulang.

Rasanya semua menjadi kaku. Aku hanya bisa mengerang dalam hati. Meraung-meraung dengan pilu.

Mom, ini menyakitkan. Apakah memperjuangkan cinta seberat ini? Kenapa jalan kami begitu sulit? Seolah kami telah melawan takdir. Dan ini adalah hukuman untuk kami.

Arrghhhh! Sial! Ini menyakitkan. Tapi aku harus bergerak. Aku harus menggapai tubuh Alice.

Dengan dorongan kuat, kupaksakan tubuh ini untuk berenang menyelam semakin dalam. Aku melihat Alice sedang memejamkan mata. Rasa cemas seketika menyergapku. Bagaimana jika Alice sudah tak sadarkan diri? Kuputuskan untuk mempercepat laju renangku.

Dia masih memejamkan mata. Bodoh! Kau benar-benar bodoh, Alice. Ingin pergi setelah mengacaukan pikiran dan hatiku? Kau pikir aku akan membiarkannya? Kita sudah berjanji untuk tidak saling melepaskan. Kau membuatku berjuang ketika aku ingin menyerah. Kau memberikan harapan bahwa kita akan selalu bersama.

Hari yang kutakutkan terjadi. Kau pergi meninggalkanku. Kau membiarkanku sendiri, dalam rasa sakit yang tak berujung. Kau adalah satu-satunya yang kubutuhkan, Alice. Jadi jangan sia-siakan perjuanganku. Jangan retakkan hati rapuhku. Karena di setiap detik terakhir yang kita punya, aku akan memelukmu, merengkuhmu begitu erat.

Jangan katakan kau tak setuju dengan keputusanku. Tak ada gunanya aku bahagia jika bukan karena dirimu. Lebih baik kutanggung semua rasa sakit ini, asalkan kau selalu berada di sampingku. Karena aku mencintaimu. Selamanya akan tetap seperti itu.

Aku melihat Alice membuka mata. Menatapku cukup lama. Tak peduli dengan rasa sakit di punggungku, aku berenang semakin cepat ke arahnya. Lalu kuraih tangannya, kutarik tubuh Alice dalam pelukan eratku.

Aku di sini. Aku akan menjagamu.

Kurasakan Alice membalas pelukanku. Tangannya bergerak hati-hati ketika meraba punggungku, seolah tak ingin menambah rasa sakitku.

Aku tak akan melepaskanmu, Alice. Tak akan. Sekarang rasa sakit itu sudah berhenti. Kita tak akan terluka lagi. Aku di sini dalam kegelapan bersamamu. Menggenggammu karena kau adalah pusat duniaku.

Jangan menangis setelah melihatku. Karena aku tak akan pergi. Tak peduli rasa dingin yang menusuk, aku bisa melalui ini bersamamu.

Kurengkuh lebih erat tubuh Alice. Mataku terpenjam merasakan sensasi kaku yang membekukan tubuh. Kurasakan Alice mencengkramku lebih erat. Membuatku perlahan membuka mata. Dan hal pertama yang kulihat adalah cahaya biru. Sesuatu yang sejak tadi menekan dadaku.

Sontak kujauhkan tubuhku, membuat pelukan kami terlepas. Lalu kutatap benda bersinar itu dengan kerutan di alis. Sebuah bandul tetesan air dari kalung yang dipakai Alice. Kucoba melihat lebih jelas lagi. Ada ukiran-ukiran aneh di bandul tersebut. Hal itu sontak membuatku terkejut.

Aku tak pernah melupakannya. Kalung yang dipakai gadis kecil sembilan tahun yang lalu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Alice memiliki kalung itu?

Aku menatap Alice yang juga sedang menatapku. Tidak mungkin. Tidak mungkin gadis itu adalah Alice. Gadis yang selama ini membuatku dihantui rasa bersalah karena telah mencelakainya. Gadis yang bahkan aku sendiri tak tahu, apakah saat itu dia mati, atau tetap hidup?

 Gadis yang bahkan aku sendiri tak tahu, apakah saat itu dia mati, atau tetap hidup?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

To be continue

Hayo hayo hayo hayo hayo 😂😂😂 maaf feelnya kurang

Sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya? 😆 #prokprokprok

Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan comment please 😘 Terima kasih 😍

Salam fiksi, Saelsa White

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang