Bab 94 - Perjanjian yang Terikat

29.3K 3.4K 457
                                    

Ini akhir yang kita inginkan. Akhir yang bahkan tak pernah kumimpikan.

—ווח

WAKTU berlalu. Setelah Sean membuktikan bahwa Alice adalah darah pertamanya, mereka diberikan waktu untuk pulih—setidaknya sampai kondisi mereka stabil. Karena setelah ini, keduanya harus menandatangani surat Perjanjian yang Terikat.

Lalu saat hari itu tiba, Sean dan Alice berjalan menuju ruangan besar di halaman belakang. Ruangan yang nampak seperti rumah kaca itu begitu luas dengan tanaman di sudut lantai—sepanjang dinding—mengitari ruangan tersebut. Itu adalah tempat yang sama dimana Alice melaksakan pergantian hukuman.

Kali ini ruangannya sedikit berubah. Oh tidak, sangat berubah. Sebelumnya Alice hanya melihat kekosongan di ruangan itu, namun sekarang banyak kursi-kuris di tata rapi dengan bentuk melingkar. Di tengahnya ada sebuah meja tinggi kecil dari batu.

Alice sedikit takjub melihat ruangan itu kini penuh oleh sesak. Kursi-kursi nampak sudah diisi oleh para prajurit, maid, dan beberapa petugas mansion. Jumlahnya cukup banyak. Belum lagi ada menteri yang ikut serta menyaksikan acara tersebut.

Sean menoleh, membuat Alice membalas tatapannya. Lelaki itu kemudian menyodorkan siku kirinya yang ditekuk. Alice tersenyum, lalu menyambut senang dengan melingkarkan tangan kanannya di sana. Mereka berjalan di atas karpet merah, sontak semua penghuni ruangan menoleh.

Rasanya Alice malu karena menjadi pusat perhatian. Padahal ini bukan pesta pernikahannya. Hanya salah satu syarat yang harus dipenuhi agar semua orang merestui hubungannya dengan Sean. Namun semua nampak megah. Bahkan gaun merah selutut yang digunakannya terlihat elegan.

Sean juga tak beda jauh. Lelaki itu mengenakan jas hitam formal yang senada dengan celananya. Tak ada dasi, satu kancing kemeja putihnya yang paling atas dibiarkan terbuka.

Alice melihat Chris berdiri bersama seorang pria—sepertinya menteri—beberapa meter di depan meja batu. V01 dan V02 duduk di kursi paling depan. Alice juga melihat Zero serta kedua saudaranya. Lelaki itu nampak tersenyum tulus, membuat senyum Alice tertarik lebar. Meskipun di sisi lain ia merasa bersalah.

Akhirnya mereka sampai di depan meja yang menghalangi keduanya dengan Chris. Ada sebuah sampul map tebal yang terbuka. Di kanan dan kirinya tergeletak selembar kertas berisi perjanjian yang akan mereka tanda tangani.

"Sean Black dan Alice Fletcher!" Suara Chris yang menggema di ruangan itu seketika membuat suasana hening. Alice sempat melirik pada kertas di depannya, namun ia cepat-cepat menatap fokus ke depan.

"Sembilan tahun lalu di West Virginia, Sean Black bertemu seorang manusia —Alice Fletcher." Chris menatap penghuni ruangan yang sedang memperhatikannya. "Sean meminum darah pertama Alice sebagai bentuk penyelamatannya pada gadis itu," lanjutnya lagi.

Terdengar suara riuh dari beberapa orang, terutama menteri. Chris melirik mereka dan mengerti apa yang tengah dibicarakan para pria berjas hitam itu. "Tentunya mereka punya bukti ... dan saksi." Senyum miring tertarik di bibir tipisnya. "Sam Black yang melihat kejadian itu menjadi saksi bahwa Sean adalah vampire yang mengambil darah pertama Alice." Sejenak keadaan menjadi hening.

"Sesuai Peraturan Pemberian Hak, maka dengan ini Alice Fletcher menjadi bagian dari bangsa Vampire. Dia harus merahasiakan identitas vampire dan akan menerima hukuman apapun jika sampai melanggarnya."

Alice meneguk ludah dengan gugup. Entah kenapa ketika mendengar kata hukuman, ia selalu merasa merinding.

"Karena Sean dan Alice terlibat cinta terlarang, maka mereka harus menandatangani Surat Perjanjian yang Terikat!" Chris menatap dua orang di depannya penuh arti. "Ayo sekarang lakukan."

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang