Kau seperti magnet yang selalu menarikku, meskipun aku mencoba untuk menjauh, tapi aku terus mendekat ke arahmu.
***
KEADAAN mendadak begitu hening. Sebuah nama yang sempat diucapkan Austin berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Bahkan suara stik PS dan lembaran buku yang dibuka kini tak terdengar lagi. Max yang sedang berbaring di sofa pun segera merubah posisinya menjadi duduk.
"Angel?" tanya Liam yang takut pendengarannya bermasalah.
"Tiga hari yang lalu saat kita berburu di hutan, aku bertemu dengannya di sebelah utara hutan. Kami hanya berpapasan dan aku menyapanya. Ia sepertinya juga sedang berburu. Apa mungkin rusa itu bekas buruan Angel? Aku sendiri tak tahu," jawab Austin dengar suara yang semakin memelan di akhir kalimatnya.
"Mana mungkin Angel melakukan hal ceroboh seperti itu! Dia gadis yang selalu berhati-hati dalam bertindak." Dustin tak menyetujui ucapan saudaranya.
"Aku sendiri juga ragu," balas Austin sedikit emosi. Ia tak suka mendengar nada bicara Dustin yang seperti menyalahkannya.
"Tidak. Mungkin saja memang Angel. Kita sendiri tak tahu. Setidaknya kita punya tersangka pertama yang patut dicurigai," ucap Liam sambil mengusap-usap dagunya, tanda sedang berpikir.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah kesal. "Kenapa kau baru sekarang memberitahuku? Kita kan bisa bertanya pada Angel sejak 2 hari yang lalu!" Liam menatap gemas Austin.
"Aku ragu untuk mengatakannya, Bos. Bagaimana kalau rusa itu bukan buruan Angel? Bagaimana kalau aku menyakiti hati lembutnya?"
Max ingin sekali melempar Austin dengan bantal sofa yang dipegangnya. Max merasa jijik mendengar nada memelas lelaki itu.
"Setidaknya kita bisa bertanya dulu pada Angel. Auhh ... kau ini!" Austin menunduk takut ketika Liam hampir saja menelannya.
"Sekarang kau dan kembaranmu pergilah cari Angel. Beritahu dia untuk segera datang ke sini!"
Austin mengangguk. Dustin sendiri langsung berdiri dari posisi duduknya.
***
Alice berjalan dengan kesal di sebuah lorong menuju UKS. Dia masih ingat perkataan pedas Sean yang semakin dingin saja padanya. Ia hanya tak mengerti kenapa lelaki itu mencoba menghindarinya?
Alice menganggap sikap dingin Sean adalah usaha menghindar yang sedang dilakukan lelaki itu. Semakin Alice mencoba memikirkan alasan lelaki itu menjauh, semakin pening juga yang dirasakan kepalanya.
"Dasar lelaki aneh! Lakukanlah sesukamu. Aku tak peduli!" Dan Alice berakhir dengan menggerutu, memaki seorang Sean Black.
Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat Angel sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Alice refleks memelankan langkah kakinya begitu pun dengan Angel yang juga melihat keberadaan Alice.
"Ada apa denganmu? Apa kau terpeleset di toilet dan melukai kepalamu?" tanya Angel dengan nada mengejek. Gadis itu kini berada di hadapan Alice.
Alice memutar matanya malas. "Lebih parah dari itu! Aku terpeleset dan masuk jurang! Apa kau puas sekarang?!"
Satu lagi yang membuat mood Alice menjadi buruk hari ini. Dia bertanya dalam hati, kenapa aku harus bertemu makhluk yang satu ini saat mood-ku sedang buruk?!
"Aku kira kau benar-benar sudah keluar dari kamarku. Hmm ... sepertinya tidak. Padahal aku menikmati kebebasanku tanpa keberadaanmu!" Senyum miring Angel tak bisa menghentikan darah Alice yang mulai meningkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampireSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...