09. The Third Meeting, is it Fate

19 4 0
                                    

"Hey, kalian semua!" teriak Pak Santoso dari kejauhan, membuat para anak-anak geng Jervanos dan geng Tiger beranjak pergi dari tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey, kalian semua!" teriak Pak Santoso dari kejauhan, membuat para anak-anak geng Jervanos dan geng Tiger beranjak pergi dari tempatnya.

Marshell, Bondan dan Bowo bergegas melompat ke pagar, yang tidak terlalu tinggi. Pagar itu telah menghubungkan halaman belakang SMA Bhineka Bangsa dan SMA Tunas Mandiri. Sehingga, kedua geng tersebut seringkali berkumpul di warung kopi, milik Mpok Ijah yang memang bertempat di pertengahan kedua bangunan itu.

Sementara, Kevin yang mendengar suara keributan di luar. Berniat untuk diam di dalam WC umum, yang tidak begitu luas dalamnya. Namun, Kevin tidak ingin tertangkap basah oleh guru BP SMA Bhineka Bangsa, jika ia tidak mengikuti kelas. Bisa-bisa guru BP dari SMA Bhineka Bangsa, menyeret dirinya ke kepala sekolah di SMA Tunas Mandiri; yang diketahui merupakan ayah kandung dari Kevin sendiri. Sehingga, nama Kevin sudah begitu dikenal, karena ia anak dari kepala sekolah SMA Tunas Mandiri.

"Ikut gue, Ra!" perintah Haruto menggandeng tangan Clara erat, membawanya lari supaya tidak tertangkap pak Santoso.

"Anjir, kita mau sembunyi di mana?!" Devano tampak panik kala itu, lantas ditarik oleh Keanu untuk mengikuti langkahnya.

"Di sana!" seru Gilang pada Ajun.

"Geseran dikit babi, gue susah napasnya," decak Ajun saat mereka berdua, memilih untuk bersembunyi di lorong sempit, yang berada di sudut sekolah.

"Diem, jangan berisik bego. Ntar kalo ketahuan, bisa mampus kita," lirih Gilang membungkam mulut Ajun, keduanya saling berhadapan di sebuah tempat yang sangatlah sempit.

Sedangkan, Haruto dan Clara menaiki sebuah tangga darurat yang berada di belakang bangunan sekolahnya. Kaki jenjang Haruto begitu cepat melangkah, membuat Clara kesusahan untuk mengikutinya di belakang. "Capek, Haru!" serunya berhenti di tengah-tengah anak tangga.

"Kita harus ke rooftop, kalo lo nggak mau ketahuan pak Santoso," ujar Haruto meski dengan napas yang terengah-engah.

"Jadi, tangga ini menuju ke rooftop?" tanya Clara mendongak, lantas mendelik saat mengetahui masih banyak anak tangga, yang harus dilaluinya bersama dengan Haruto.

"Gue nggak sanggup, kalo harus ke rooftop naik tangga ini. Kenapa nggak naik lift aja sih? SMA kita 'kan elite, punya lift buat ke lantai atas. Kenapa kita harus naik tang--" Haruto membungkam mulut Clara tiba-tiba, menatap bola matanya dalam.

"Ada yang datang," bisik Haruto membuat bola mata Clara berlarian. Lalu, Haruto kembali menggandeng tangan Clara untuk berjalan pelan-pelan, menaiki anak tangga kembali.

"Berhenti!" langkah Clara dan Haruto pun terhenti, keduanya enggan berbalik ke belakang.

"Aduh, tamat deh riwayat kita," lirih Clara melirik ke arah Haruto.

"Apa pun yang terjadi, kita akan jalani hukumannya sama-sama, ya," ucap Haruto mengeratkan genggaman tangannya, pada Clara. Dan akhirnya, mereka berdua pun berbalik ke belakang.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang