94. Ride to Die

18 3 3
                                    

Haruto mengangkat satu alisnya, menatap Clara penuh keraguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto mengangkat satu alisnya, menatap Clara penuh keraguan. Lalu, Clara menarik kerah jaket yang Haruto gunakan, sehingga keduanya kembali berada di posisi yang sangat dekat.

"Kenapa lo selalu minta maaf sama gue sih," decak Clara sebal.

"Supaya lebih sopan, karena gue sangat menghargai lo sebagai perempuan, Ra," lirih Haruto mengedipkan beberapa kali kelopak mata, karena ia harus merunduk saat akan menatap Clara.

"Sekarang, gue boleh bilang sesuatu sama lo?"

"Hum?" Haruto hanya berdeham, dengan nada suara yang berat. Namun, Clara mencoba untuk tenang dan mengatur pernapasannya.

"Maaf," ucap Clara singkat, kali ini membuat kedua alis Haruto terangkat. Sebab, ucapan Clara yang sedikit ambigu.

Kemudian, Clara menempelkan bibirnya secara perlahan pada bibir Haruto, yang sudah terpampang jelas di depan wajahnya. Awalnya Haruto terkejut, hingga ia memilih untuk menutup kedua matanya. Supaya dapat menikmati sensasi kelembutan, untuk kedua kalinya. Sebelum, mengetahui alasan Clara menciumnya balik.

Cengkeraman pada kerah jaket Haruto, perlahan memudar. Clara pun mulai menjauhkan diri dari Haruto, ia tersenyum alih-alih menghilangkan rasa canggung di antara mereka berdua. "Anggap aja, itu hadiah ulang tahun lo," kata Clara.

Haruto menggaruk keningnya yang tidak gatal, padahal butir keringat tampak bercucuran dari sana. "Makasih, hadiahnya berharga buat gue."

"Iya, sama-sama." Clara mengedarkan bola mata ke arah deburan ombak pantai, sembari mengusap-usap tungkak lehernya. Akibat angin malam, yang berembus kencang.

"Sekarang kita pulang, ya," ajak Haruto menghela napas berat, setelah membaca pesan singkat di layar handphone.

"Kenapa pulang sekarang?" tanya Clara saat keduanya berjalan beriringan, menuju ke motor.

"Takut orang tua lo khawatir, Ra," jawab Haruto tanpa menoleh ke Clara.

"Bokap sama nyokap gue pulang terlambat hari ini, jadi gue gakpapa kalo mau pulang malem." Haruto diam, ia tetap kekeh dengan permintaannya untuk pulang. Sehingga, Clara pun hanya bisa menuruti, tanpa berkomentar lagi.

"Haru, sekali lagi selamat ulang tahun, ya." Haruto mengangguk, dengan senyuman saat sudah mengantarkan Clara sampai ke depan rumahnya.

"Bahagia terus, ya, Ra. Ada atau nggak ada gue nantinya, lo harus tetap jadi Clara yang apa adanya. Jangan pernah cari kebahagiaan dari orang lain, karena lo bisa dapetin kebahagiaan itu dari diri lo sendiri. Gue sayang sama lo," ucap Haruto mendadak, seusai ia melepaskan helm di kepala Clara. Ia justru memeluknya erat, dan mengusap lembut rambut Clara.

"Makasih, Ra. Udah seharian penuh bersama gue."

"Gue pamit, ya."

Clara hanya bisa terdiam, selama Haruto mengulas senyuman. Sampai akhirnya, beranjak pergi dari pekarangan rumah Clara. "Haru, udah baik banget sama gue. Masa gue cuman kasih ciuman doang, sebagai hadiah ulang tahunnya. Selama kita berdua pacaran, gue juga nggak pernah kasih Haru barang, atau sesuatu yang bernilai. Malahan, Haru yang setiap hari kasih gue cokelat."

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang