52. Thank's For Sorry

12 3 0
                                    

Sorot mentari membuat bulu lentik mengerjap sesaat, dan terbangun dengan sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorot mentari membuat bulu lentik mengerjap sesaat, dan terbangun dengan sepenuhnya. "Gavin," lirih Clara tersentak, saat ia mendapati Gavin tengah tertidur di sampingnya.

Lalu, bola mata Clara berputar ke sumber cahaya di langit. Matahari itu menandakan jika hari sudah pagi, bergegas Clara mendekati rawa, hanya untuk membasuh wajahnya yang kusam. "Ah, seger banget," ucap Clara merasakan air yang tidak terlalu dingin, tetapi dapat menyegarkan wajahnya.

"Gavin, bangun!" seru Clara mencipratkan air dari rawa itu, pada wajah Gavin.

Gavin memicingkan matanya, memandang ragu Clara yang saat ini ada di hadapannya. "Lo ngapain?" tanya Gavin kebingungan.

"Udah pagi, ayo kita balik ke tenda," ajak Clara. Lantas, Gavin pun berdiri dan beranjak pergi.

"Gavin! Lo lupa kalo kaki gue masih susah buat jalan?!" kelakar Clara membuat Gavin mengingatnya, ia berbalik untuk kembali menghampiri Clara.

Tanpa Clara suruh, Gavin sudah lebih dulu menempatkan diri di depannya. Dengan punggung yang tidak terlalu kekar, tetapi dapat menopang tubuh Clara yang berat. Mereka berdua pergi meninggalkan rawa itu, dan menuju ke tempat perkemahan. Masih membutuhkan waktu beberapa menit lagi, untuk tiba di sana.

"Gavin, berat, ya?" tanya Clara menatap raut Gavin, yang sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.

"Maaf, ya. Gue memang suka makan cokelat, jadi berat badan gue bertambah terus," adu Clara memajukan bibirnya.

"Tapi, makasih. Karena lo udah menolong gue, coba aja kalo nggak ada lo. Mungkin semalam, gue udah dimakan sama binatang buas di hutan ini," lanjut Clara tetap tidak mendapat balasan dari Gavin.

"Lo capek? Karena gue berat, ya? Sampai nggak bisa ngomong," sindir Clara.

"Lo masih marah sama gue? Memangnya, gue punya salah apa sih sama lo? Gue bingung, harus memahami apa dari lo. Atau mungkin, karena gue yang belum terlalu banyak mengenal kehidupan lo. Jadi, lo terus diemin gue kaya gini."

"Oh, jangan-jangan bintang lo Gemini, ya? Jadinya lo pendiam, susah memulai pembicaraan, dan pemalu. Iya, 'kan?"

"Tapi, kemarin-kemarin lo bisa ngomong sama gue. Kenapa sekarang nggak? Lagi pula, kita berdua 'kan udah jadi teman, bahkan waktu di perpustakaan lo udah mengiyakan tawaran gue, supaya kita jadi BFF."

Sudah berapa banyak kata-kata yang Clara keluarkan, tetap tidak membuat Gavin berbicara. Sepanjang jalan, Gavin terus diam. Hingga akhirnya Gavin membuka mulutnya untuk bersuara, karena Clara yang tidak berhenti berbicara. "Bisa diam nggak? Kalo tetap mau ngomong, gue turunin di sini," gertak Gavin kejam.

Clara menekuk wajahnya, bahkan bibirnya pun sudah membentuk bulan sabit ke bawah. "iya, iya, gue diam. Tapi, jangan turunin gue di sini, gue takut nanti ...."

Gavin menghentikan langkahnya, membuat Clara akhirnya berhenti berbicara. Sampai tiba di tempat perkemahan, bahkan tenda-tenda dan api unggun sudah ada di depan mata. Kedatangan Gavin bersama dengan Clara, telah menggugah para guru-guru serta murid, yang berada di dalam tenda. Sementara itu, Gavin mulai menurunkan Clara untuk duduk di batang kayu besar.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang