"Hoam!" Tidak seperti biasanya di hari libur, Clara sudah bangun lebih awal. Ia menguap lebar, sembari menuruni anak tangga.
"Kalian mau ke mana?" tanya Clara bingung, mendapati keluarganya yang sudah bangun, dan bersiap.
"Mau olahraga dong," jawab Flora ceria.
Carisha yang selesai mengikat tali sepatu, langsung mendekati Clara. "Kamu kamu mau ikut olahraga nggak?"
"Oke, sebentar Clara siap-siap dulu." Clara pun bergegas memasuki kamarnya kembali, untuk mengganti pakaian dan mengambil sepatu kets miliknya.
Lantas, Carisha melempar pandangan pada Flora dan Reinald, yang duduk di ruang tengah. "Biasnya jam segini masih belum bangun 'kan, Kakak kamu, Flo?" tanya Reinald.
"Kebonya kabur kali, Pah. Jadi bisa bangun pagi," balas Flora telah mengundang kedatangan Clara. "Nggak usah bawa-bawa kebo gue, mau gue bangun pagi apa siang. Ya, terserah gue. Ini 'kan hari Minggu, jadi bebas dong," timpalnya.
"Yaudah ayo, ambil sepedanya di garasi," ujar Reinald berdiri, sembari merapikan pakaiannya.
"Kenapa pake sepeda?" tanya Clara bingung.
"Kita mau keliling taman yang ada di kompleks sebelah, jaraknya jauh jadi Mamah nggak sanggup kalo jalan, apalagi jooging."
"Sepeda juga bisa buat olahraga kaki 'kan, Kak? Lagian, nanti Flora mau mampir ke pantai Ancol. Mamah sama Papah nggak usah ikut, ya. Soalnya, Flora udah lama banget nggak sepedaan di sekitar pantai," ujarnya.
"Iya, terserah kamu aja. Yang penting sekarang ambil sepedanya dulu."
Pukul 05.45 pagi.
"Clara, ayo!" ajak Carisha memandang Clara yang masih diam di tempat, sementara Flora dan Reinald sudah lebih dulu pergi, menggunakan sepeda mereka masing-masing.
"Tinggal aja, Mah, nanti Clara nyusul," katanya membuat Carisha mengangguk, lalu menaiki sepeda itu dan berlalu pergi.
Clara kembali mematung, menangkap sebuah sepeda di hadapannya. Ia melangkah mendekat, lalu memegang jok belakang sepeda itu. Ia teringat, jika dulu sepeda itu sudah bukan menjadi miliknya. Namun, saat ini justru kembali padanya.
Perbincangan itu terlihat jelas pada pandangan Clara, yang mengakibatkan sepeda itu kembali menjadi miliknya.
"Lo ngapain di rumah gue?"
Haruto tersenyum, memandang kedatangan Clara. "Liat ini, udah bagus 'kan?"
"Gue udah benerin sepeda punya lo, karena lo udah kasih sepeda ini buat gue, dan lo juga yang pertama kali mengajari gue bersepeda."
"Kenapa nggak dibuang aja? Bukannya sepeda itu udah rusak?"
"Gue nggak bisa membuang sesuatu, yang memiliki kenangan indah kita berdua, Ra," ucap Haruto kala itu, sehari setelah pesta ulang tahun Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Fiksi Remaja[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...