[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ]
Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cairan bening perlahan memenuhi pelupuk mata Clara, hingga terjatuh saat Clara mengangguk singkat. "Haru ...."
Suara lembut yang keluar dari mulut Clara, membuat Haruto terbelalak. "Putri tidur?"
Sebutan itu mengingatkan Clara pada sosok Haru, yang dahulu seringkali membangunkan Clara, dengan memanggilnya sebagai putri tidur. Namun, saat itu Clara tidak marah terhadap Haru, justru keduanya tertawa bersama. Dan, saat ini Haru pada delapan tahun yang lalu, telah kembali dengan nama lengkapnya Haruto Rasendra Pratama.
Clara langsung meringkuh tubuh Haruto, memeluknya dengan cukup erat. "Ra," lirih Haruto tersenyum, sembari mengusap rambut Clara yang tergerai bebas.
"Gue ingat semuanya, Haru. Bahkan, sebelum gue ingat semuanya, gue udah yakin kalo lo itu Haru yang sama. Waktu kita kencan, dan mau masuk ke rumah hantu. Lo udah mengingatkan gue, karena lo sangat takut sama ruangan gelap, apalagi sama hantu. Dulu lo sering dikurung sama nyokap lo di kamar 'kan? Jadi, karena itu lo trauma. Dan, waktu di danau ... lo kasih gue banyak banget cokelat, seperti lo hadiahkan gue satu kardus cokelat di hari ulang tahun gue, tepat di umur delapan tahun."
"Ra, gue memang Haru yang sama. Haru kecil, yang sekarang udah besar. Haru, yang penakut. Dan, Haru yang akan selalu kasih lo cokelat. Supaya, lo nggak pergi dari gue. Tapi, ternyata lo pergi juga ... padahal, gue udah sering kasih lo cokelat dulu."
Clara menangis dalam pelukan Haruto, ia menahan isaknya begitu dalam. "Maafin gue."
"Gakpapa, Ra. Tapi, mulai sekarang gue nggak akan melepaskan lo. Gue nggak akan membiarkan lo pergi, untuk kedua kalinya. Gue janji, nggak akan pernah lupa kasih lo cokelat setiap hari, biar lo nggak bisa pergi dari gue." Clara pun mengakhiri pelukan itu, dengan air mata yang tidak bisa berhenti.
"Haru, gue bukan anak kecil lagi. Yang bisa disuap, apalagi dibohongin kaya gini."
Haruto kembali mengulas senyuman, lantas menyeka air mata di pipi Clara. "Kalo lo bukan anak kecil lagi, kenapa masih nangis? Makan cokelatnya, terus berhenti nangisnya," ujar Haruto sambil membuka sebungkus batang cokelat.
Clara memegang tangan Haruto, yang tengah membuka cokelat. "Haru, walaupun sehari lo nggak kasih gue cokelat. Gue akan tetap jadi pacar lo, dan gue nggak akan pergi dari lo lagi. Maaf, untuk delapan tahun yang lalu, gue pergi karena gue punya alasan. Saat itu, orang tua gue ditugaskan buat bekerja di rumah sakit besar, jadi terpaksa keluarga gue pindah dan cari tempat tinggal, yang lebih dekat sama rumah sakit itu."
Haruto merunduk sebentar, lalu menatap Clara lagi. "Bertahun-tahun lo pergi, terus lo lupa sama gue?"
Clara meraih kedua telinganya. "Maaf," mohonnya memelas.
"Gue nggak akan maafin lo, kalo cokelatnya nggak lo makan," kata Haruto membuat Clara langsung mengigit cokelat, yang sudah dibuka di tangan Haruto.
Hari menjelang siang, Pak Santoso kembali mengumpulkan para murid-muridnya untuk segera berkemas, dan membersihkan lingkungan tempat berkemah. Tenda-tenda pun mulai dilipat kembali, karena acara camping sudah selesai. Namun, sebelum mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Pak Santoso dan guru lainnya yang menjadi panitia, memberikan kebebasan bagi murid-muridnya, untuk berjalan-jalan disekitar area perkemahan. Tetapi, Pak Santoso melarang murid-murid untuk memasuki hutan.