"Haruto, gue udah kasih kalung itu ke Clara. Dan, gue janji sama lo kalo Clara pasti bahagia sama gue," ujar Gavin setibanya di tempat pemakaman umum, bersama Clara.
"Makasih, ya, Haru. Udah kasih kepercayaan sama Gavin, buat menjaga gue. Semoga lo bahagia juga di sana, dan gue boleh 'kan kalo setiap hari kangen sama lo?"
"Ra, mau ke markas bareng gue?" tawar Gavin membuat Clara berdiri, setelah meletakkan buket bunga di atas makam Haruto.
"Lo gakpapa kalo harus kumpul sama mereka?"
"Gue mau membiasakan diri, supaya gue nggak terus menyendiri, Ra. Gue mulai sadar, kalo ternyata sendirian itu nggak enak." Gavin pun beranjak pergi, dengan langkah yang cepat. Sehingga, Clara cukup kesulitan untuk mengejarnya.
"Gavin, ini masih pagi. Gue kayanya mau mandi dulu, sebelum ke markas," ujar Clara yang akhirnya, dapat mensejajarkan diri di samping Gavin.
"Gue bisa tunggu lo di mobil nanti," balas Gavin yang sudah siap mengayuh sepeda itu.
"Lo nggak mandi?" tanya Clara dengan alis terangkat. "Gue udah mandi, sebelum ke rumah lo," jawabnya.
Pukul 09.00 pagi.
Clara sudah rapi dengan pakaian santainya. "Flo, mau ikut ke markas nggak?" tanya Clara menghampiri Flora, yang tengah terbaring di atas sofa, sambil memainkan handphone.
"Nggak, gue males ketemu kak Devano. Tadi, aja gue udah mati-matian kabur dari dia, untung aja kak Devano langsung ditelepon kak Keanu. Jadi, gue bisa bebas pulang ke rumah, tanpa diikuti dia terus," ujar Flora panjang lebar, tanpa memandang Clara sama sekali.
"Yaudah," ucap Clara meninggalkan rumah.
Kali ini, Devano kembali gagal dengan rencananya untuk menarik hari Flora. Namun, tidak dengan Gavin yang sepertinya akan berhasil mendapatkan hati Clara. Pintu mobil dibuka otomatis, oleh Gavin dari dalam. Sehingga, Clara langsung memasuki mobil sport itu.
"Maaf, ya, kelamaan." Gavin mengangguk, tidak terlihat raut mengantuk, atau bosan di wajahnya. Sebab, sedari ia menunggu Clara di dalam mobil, beberapa buku telah menemaninya.
Mobil itu melaju, Gavin yang mengamati Clara di samping, sedang memperhatikan gantungan di kaca spion tengah. Langsung mengambil gantungan tersebut, dan dimasukkan ke dalam laci mobil.
"Kenapa di lepas? Itu bagus kok di gantung di sana."
Gavin mulai fokus pada jalanan. "Ganggu pemandangan, gue jadi nggak bisa liat jalan."
"Kenapa gitu? Di pasang aja kali, gue gakpapa kok."
"Udahlah, nggak usah. Biar gue simpan aja, lagian gue juga udah pakai kalungnya. Jadi, nggak perlu ada juga di mobil." Gavin membuat pandangan Clara beralih padanya, saat ia memberitahu jika salib juga tergantung pada lehernya, tidak hanya pada kaca spion tengah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Ficțiune adolescenți[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...