119. Would You Still Love Me This Way?

11 1 0
                                    

Flora pun langsung berdiri, dan berlari pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flora pun langsung berdiri, dan berlari pergi. Tanpa sengaja bolpoin di tangannya terjatuh, saat laki-laki itu meraih tangan Flora. "Ini gue, Flo," ujarnya lantas membuka kaca helm.

Flora menoleh ke belakang, ia masih belum menyadari jika bolpoinnya terjatuh. "Lepasin gue nggak!"

Devano melepaskan Flora, membiarkannya pergi begitu saja. "Flo, ayo pulang sama gue!" tawar Devano dengan suara keras, di dalam heningnya malam.

Namun, Flora tetap enggan berbalik ke belakang. Apalagi menerima permintaan itu,  ia tetap berjalan pelan di tepi jalan yang sepi, berharap jika supir pribadinya segera datang menjemput. Walaupun, pelupuk matanya sudah layu, dan kedua kaki yang tidak bertenaga.

"Ayo cepat naik, udah malem dan sebentar lagi hujan," ujar Devano di atas motornya, sambil mengikuti langkah Flora yang cukup pelan, supaya laju motornya beriringan dengan langkah kaki itu.

Flora tetap menatap ke depan. "Makasih, gue mau nunggu jemputan aja."

"Sampai kapan? Ini udah malem, tapi supir lo belum jemput juga 'kan."

"Sebentar lagi juga dateng, jadi lebih baik lo pergi aja," usir Flora pelan.

"Jangan keras kepala jadi cewek." Devano tetap berusaha untuk memelankan laju motornya, dengan konsentrasi yang terbagi menjadi dua; pada jalanan dan juga pada Flora di sampingnya.

"Gue cuman nggak mau diganggu," ketua Flora kali ini sedikit melirik pada Devano.

"Oke, mulai besok gue nggak akan ganggu lo lagi."

"Tapi, sekarang biar gue antar lo pulang, ya," lanjut Devano.

Flora menghentikan langkah, membuat Devano menarik rem motornya. "Pergi, Kak! Gue bisa pulang sendiri."

"Yaudah, gue pergi. Tapi gue nggak mau bertanggung jawab, kalo sampai lo kenapa-kenapa di sini. Dan, gue nggak perduli kalo lo digodain sama orang mesum di jalanan sepi kaya gini." Lantas, Devano pun melepaskan rem motornya, seraya menekan gas untuk segera pergi.

Suasana bertambah mencekam, seusai kepergian Devano. Angin malam yang berembus kencang, membuat Flora memeluk dirinya sambil berjalan cepat, supaya segera tiba di persimpangan jalan yang mungkin ramai. Namun, kedatangan seseorang lagi-lagi membuat Flora ketakutan.

"Hai, cantik. Mau ke mana?" Laki-laki jangkung, dengan Hoodie hitam dan celana pendek, membuat Flora berlari.

Tetapi, laki-laki itu justru ikut berlari dan berhasil menghadang langkah Flora. "Tunggu dulu dong, jangan buru-buru lari. Gue ini bukan orang jahat, jadi nggak usah takut, ya, cantik."

"Minggir, atau gue teriak!" ancam Flora menunjukkan jari telunjuknya, dengan tatapan tajam.

"Teriak aja gakpapa, nggak ada yang akan denger juga."

Hidung Flora mendengus aroma tidak sedap, ia menduga jika laki-laki itu telah mengkonsumsi minuman keras. Dan, saat ini sedang dalam pengaruh minuman itu. Sehingga, dia tidak sadarkan diri dan berbicara melantur. Padahal, wajahnya masih tampak muda; seperti anak sekolahan.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang