[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ]
Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hari ini ulang tahun lo?" tanya Clara memandang wajah Haruto, yang terus mengembangkan senyuman pada bibirnya itu. "Kenapa nggak bilang sama gue?" tanyanya lagi.
"Buat apa gue bilang, Ra? Supaya lo inget, supaya lo bisa kasih ucapan ke gue sekarang? Atau, supaya lo bisa minta maaf ke gue karena lo nggak dateng semalem?"
Kening Clara kembali berkerut, ia mendekatkan diri pada Haruto. "Nggak dateng semalem?"
Haruto tertawa pelan. "Ajun sama teman-teman yang lain, kasih gue kejutan semalem. Mereka semua dateng ke rumah gue, dan cuman lo yang nggak dateng."
"Gue nggak tau, Haru. Mereka nggak ngomong apa-apa sama gue, jadi gue ...."
"Jadi, kalo gue peluk lo boleh?" potong Haruto membuat Clara membungkam mulutnya rapat.
Clara pun langsung mendekap tubuh Haruto, lagi. "Nggak perlu lo minta, karena gue udah jadi milik lo, Haru."
"Maaf karena ...."
Haruto kembali memotong perkataan Clara. "Nggak perlu minta maaf, karena lo nggak pernah salah dimata gue. Walaupun, lo nggak dateng semalem itu nggak masalah buat gue, Ra."
"Walaupun gue lupa sama hari ulang tahun lo?" timpal Clara sambil mendongak, memandang Haruto.
"Nggak masalah juga, karena gue tau kalo lo cewek yang pelupa, jadi tugas gue di sini itu ingetin lo."
"Happy birthday, kesayangan." Clara memperlihatkan sederet gigi putihnya, dengan raut bahagia memandang Haruto yang juga tersenyum padanya.
"Uhhh!! Kayanya kita harus mulai jalan-jalannya, sebelum ada yang ngeluh capek karena kepanasan," ujar Haruto melepaskan pelukan itu, lalu meraih tangan Clara.
"Tunggu, hari ini 'kan lo ulang tahun. Masa lo nggak mau minta apa-apa sih dari gue?" tanya Clara berdiam diri di tempat, sehingga Haruto menoleh pelan.
"Kan udah tadi," ujarnya membuat Clara membelalak. "Cuman minta peluk aja? Kenapa nggak minta yang lain? Tas, sepatu atau kue gitu," balasnya.
Haruto menghadapkan diri pada Clara, dengan jarak yang cukup dekat. "Masih ada keinginan gue yang sulit buat diwujudkan, dan lo pasti juga nggak akan mau kasih itu."
"Apa?"
Haruto mendekatkan bibirnya, pada telinga Clara. "Cium bibir lo buat kedua kalinya," bisiknya membuat bulu Clara terangkat penuh, bersamaan dengan bola mata yang membulat.
Bergegas, Haruto pun berbalik dan melangkah pergi dari hadapan Clara. Tidak ada kata yang mampu terucap dari bibir Clara, ia terus terdiam mengikuti langkah Haruto dari belakang. Mereka berdua berjalan tidak berdampingan, tetapi sesekali saling melempar pandangan; canggung.
"Ra, jangan pikirin kata-kata gue tadi. Itu cuman keinginan gue aja kok, dan nggak harus di kabulin juga," ujar Haruto memasukkan kedua tangan ke dalam saku Hoodie hitamnya, sambil mensejajarkan langkah di samping Clara.