107. Savage Love

5 2 0
                                    

"Kevin, lo kok bisa ada di sini?" tanya Clara berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kevin, lo kok bisa ada di sini?" tanya Clara berdiri.

"Gue sengaja bolos kelas, karena bosen aja," ujarnya.

Clara mengangguk, ia tidak harus berbuat apa di depan Kevin, yang sudah melakukan tindak kejahatan terhadap Gavin. "Bukannya lo lagi ambis belajar akhir-akhir ini, harusnya lo nggak bolos kelas 'kan?" Clara pun mencoba untuk bertanya sesuatu, supaya tidak terlalu tegang saat berada di hadapannya.

Kevin menggaruk pelipisnya, dengan desisan bingung. "Iya, oke. Gue sengaja bolos kelas itu karena lo, waktu gue denger Zoya teleponan sama lo di warkopnya Mpok Ijah, jadi gue khawatir."

"Oh, terus kok lo bisa tau gue ada di sini?" tanya Clara dengan alis yang terangkat curiga.

"Karena gue nggak sengaja lewat jalan ini, terus liat lo ada di sini. Lagian, lo kenapa bolos kelas sih? Bukannya jam pertama itu, pelajarannya Pak Santoso?"

"Ya, gakpapa. Gue udah biasa bolos kelas 'kan dari dulu, dan udah jadi kebiasaan juga gue dapet hukuman dari Pak Santoso." Clara melipat kedua tangan di dada, lalu ia menangkap pemilik warung, yang masih berdiam diri di sampingnya dan terus memperhatikan mereka berdua.

"Ah, Bu. Dia bukan pacar saya kok, dia ini cuman temen sekolah saya," ucap Clara sambil menunjuk Kevin, lalu pemilik warung itu pun menyeringai senyuman.

"Syukurlah kalo gitu, Mba. Soalnya pacar Mba yang waktu itu ganteng, terus kelihatan sayang banget sama Mba-nya, jadi harus dipertahanin, ya, Mba cowok kaya gitu." Clara hanya mengangguk, rasanya enggan untuk mengulas senyuman.

"Tapi, kenapa bukan pacarnya yang nyamperin Mba di sini? Apa lagi sibuk pacarnya, ya, Mba?" tanyanya lagi, kali ini membuat Kevin memandang Clara risau.

Kedua tangan yang terlipat di dada, terasa lemas seketika dan terjatuh. Clara membasahi bibir bawahnya, lalu tersenyum berat. "Pacar saya yang waktu itu, udah meninggal dunia, Bu, karena kecelakaan lalu lintas."

"Innalilahi wainnailaihi roj'iun, saya turut berduka cita, ya, Mba. Maaf, kalo saya udah lancang tanya kaya gitu." Clara mengangguk pelan. "Gakpapa kok, Bu." Namun, Kevin justru langsung menarik pergelangan tangannya, untuk beranjak dari sana.

"Gue anter lo ke sekolah lagi, ya," pinta Kevin di sisi motor sport hitamnya, yang terpakir di tepi jalan.

"Gue nggak mau ke sekolah," tolak Clara seraya melepaskan tangannya, dari genggaman Kevin.

"Oke, mau ke mana sekarang? Biar gue temani lo," tawar Kevin.

Clara mengembuskan napas panjang, dengan tatapan sengit pada Kevin. "Ke rumah Haruto," ujarnya.

Melihat Kevin mengiyakan permintaan Clara, membuatnya dapat tersenyum kembali. Hingga, motor itu tiba di sebuah rumah yang tampak sepi dan sunyi, pintu gerbang memang tidak terkunci. Akan tetapi, pintu rumah tersebut justru terkunci.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang