58. It's Not Like That Honey

10 4 0
                                    

"Kevin!" panggil Clara lantang, saat ia sudah tiba di sekolahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kevin!" panggil Clara lantang, saat ia sudah tiba di sekolahan. Namun, arah tujuannya bukan memasuki ruang kelas, melainkan menuju warkop Mpok Ijah.

"Ra, ada apa?" tanya Kevin santai, dan langsung mendekati Clara.

"Apa alasan lo, kasih tau semuanya ke orang tua gue tentang SUNMORI waktu itu? Dan, lo udah bilang apa aja ke orang tua gue, sampai akhirnya mereka merestui hubungan gue sama Haruto."

Kevin justru mengulas senyuman, lebih dulu. "Syukurlah, kalo orang tua lo udah merestui hubungan kalian berdua."

"Gue cuman bilang yang sejujurnya, kalo lo itu nggak seburuk yang orang tua lo pikirkan. Dan, teman-teman lo nggak seberandalan yang mereka lihat. Jadi, gue sengaja bertemu orang tua lo, buat menjelaskan itu semua. Supaya lo bisa main sama kita tanpa harus kena hukuman, dan lo juga bisa pacaran dengan bebas," ucap Kevin serius.

Clara membalas tatapan Kevin, tetapi dengan bola mata yang tajam. "Hubungan gue sama Haruto, akan tetap sama. Meskipun tanpa bantuan dari lo, Kevin. Jadi, lo nggak perlu melakukan semua ini, supaya gue baikkan sama Haruto. Lagi pula, gue bisa minta restu orang tua gue sendiri, tanpa campur tangan dari lo."

Haruto datang, menepuk bahu kanan Kevin. "Terima kasih, Vin. Berkat lo, orang tua Clara akhirnya merestui hubungan kita."

Clara mendelik, memandang Haruto dengan penuh pertanyaan. "Seharunya, lo bisa berjuang sendiri buat mendapatkan restu dari orang tua gue, Haru, bukan dari orang lain," ujar Clara lantas berlalu pergi.

Sepanjang langkah Clara menuju ruang kelas, pelupuk matanya terus dipenuhi oleh air mata. Bahkan, sesekali cairan bening itu terjatuh di kedua pipinya. Hingga, sepasang mata di sekitar halaman sekolah, menatap Clara penuh pertanyaan. Begitu dengan Gavin, yang sedang bermain basket di lapangan, akhirnya berhenti dan memandang Clara yang berjalan melewati lapangan basket, sambil menangis.

"Clara!!" panggil Haruto dari kejauhan, ia mempercepat langkahnya untuk mengejar Clara. Namun, Gavin lebih dulu menghentikannya.

"Kenapa Clara nangis?" tanya Gavin datar, seraya tangannya yang berada di dada bidang Haruto, untuk mencegah kepergiannya dari tepi lapangan.

"Bukan urusan lo," decak Haruto dengan sorot mata terus menangkap siluet punggung Clara, yang semakin menjauh darinya. "Minggir!" tampik Haruto mendorong tubuh Gavin kasar. Kemudian, berlalu pergi.

"Kalo lo nggak bisa memahami perasaan cewek, itu berarti lo nggak tulus dalam mencintai dia!" tandas Gavin dari belakang, sehingga langkah Haruto yang kembali terhenti.

Haruto berbalik, dan mendekati Gavin. Lalu, menarik kerah seragamnya. "Lo nggak usah sok tau jadi cowok, karena ini perasaan gue. Jadi, cuman gue yang tau."

"Semua orang memang punya perasaan, tapi nggak semua orang bisa memahami perasaannya. Kalo lo cinta sama Clara, harusnya lo nggak buat dia nangis. Dan, kalo lo tulus sama dia, lo pasti bisa memahami perasaannya saat ini." Gavin menampik tangan Haruto, membenarkan kerah seragamnya. Lantas, berlalu pergi dengan bola basket di tangannya.

DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang