"Ra, gue mohon lo bertahan, ya," lirih Haruto, saat ia juga sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit, dan bersebelahan dengan ranjang milik Clara.
Dua dokter memasuki ruangan gawat darurat, dan mulai memeriksa kondisi Haruto serta Clara. Suster pun langsung memasangkan masker oksigen, pada mereka berdua. Lantas, salah seorang suster yang sedang mengecek tabung oksigen Clara, menangkap alat pendeteksi detak jantung di samping ranjang itu.
"Dok, detak jantung pasien melemah," ujarnya membuat Haruto langsung menoleh khawatir.
"Ambil alat pemacu," perintah dokter, saat Clara terlihat kesulitan dalam bernapas, dengan kedua mata yang masih terpejam.
"Ra!!" panggil Haruto melepas masker oksigennya, dan langsung menghampiri ranjang Clara.
"Mas, tolong tenang. Dan, tetap di ranjang. Karena Mas juga masih dalam tahap pemulihan," kata dokter di sana.
"Nggak, Dok. Saya gakpapa, tapi tolong selamatkan Clara, Dok. Dia udah banyak menghirup asap tadi, dan jangan sampai dia kenapa-kenapa," mohon Haruto lalu menggenggam tangan Clara, yang sudah dingin.
"Tapi, kalo Mas ada di sini. Saya jadi nggak bisa memeriksa kondisi pasien, tolong jangan menghalangi tugas saya buat menyelamatkan nyawa pasien." Perkataan dari dokter itu, membuat Haruto lekas menepi. Sehingga, kedua dokter yang berada di dalam satu ruangan, mulai terfokuskan pada kondisi Clara.
Sementara, beberapa suster ada yang masih mencoba mengobati luka bakar, di bagian kaki kanan Clara. Namun, dokter justru menyuruh Haruto untuk menunggu di luar ruangan, karena kondisi Clara harus mendapatkan penanganan serius. Sehingga, dengan terpaksa Haruto ke luar dan menunggu di depan pintu ruangan gawat darurat.
Haruto terduduk lemah, sambil mengacak rambutnya brutal. "Ra, maafin gue," lirih Haruto tanpa sadar, bulir air mata jatuh di salah satu pipinya.
"Gue gagal dalam menjaga lo kali ini," lanjutnya merunduk, dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.
"Haruto." Suara itu, membuat Haruto perlahan mendongak. "Bowo, gimana keadaan lo?" tanyanya berdiri menghadapnya, yang membawa tiang infus.
"Gue udah lumayan membaik, dan besok gue udah boleh pulang."
Haruto mengangguk, sambil menepuk bahu Bowo pelan. "Syukurlah."
"Lo sendiri ngapain di rumah sakit? Terus, kenapa muka lo item-item kaya gini, apa yang terjadi?" tanya Bowo penasaran, karena asap dari kebakaran itu, telah meninggalkan bekas di wajah Haruto.
"Sekolah gue kebakaran, dan gue sama Clara terjebak di ruang laboratorium, yang kebakar itu."
Bowo mendelik. "Kebakaran? Terus, gimana kondisi Clara? Teman-teman yang lainnya? Mereka selamat 'kan?"
"Mereka gakpapa, cuman Clara masih ditanganin sama dokter di dalam."
Bowo mengembuskan napas panjang, lalu meringkuh tubuh Haruto, supaya dapat menenangkan dirinya. Beberapa saat, kedua dokter keluar dari ruangan itu. Sehingga, Haruto langsung menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Teen Fiction[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...