"Haruto sendiri, yang tanda tangan dan mengajukan diri untuk mendonorkan jantungnya. Karena dia melihat, kondisi Gavin yang sudah sangat kritis. Dan, hampir kehilangan nyawa, jadi Haruto mengisi berkas donor jantung itu, sebelum akhirnya dia nggak sadarkan diri, karena kehabisan banyak darah."
Clara memandang Reinald, lalu menyerahkan kembali berkas itu padanya. "Makasih, Pah. Karena udah berjuang buat menyelamatkan mereka berdua, tapi Clara masih kecewa sama Papah. Karena cuman Gavin, yang bisa Papah selamatkan."
Kemudian, dia berlalu pergi dari ruangan ICU. Dan, memasuki ruang jenazah seorang diri. Sedangkan, para teman-temannya sejak tadi masih berada di ruang tunggu. Langkah itu berhenti tepat di sisi ranjang, yang diselimuti oleh kain putih. Tudung itu pun dibuka olehnya, menampakan wajah Haruto yang masih sama dan tidak berubah seperti semula.
"Haru, maafin gue, ya. Kalo selama ini, gue belum bisa jadi cewek yang baik buat lo. Dan, gue juga belum bisa jadi pacar yang tulus dalam mencintai lo. Tapi, lo udah banyak kasih gue pelajaran, sekaligus arti ketulusan. Setiap hari gue belajar dari kebaikan lo, dan perhatian yang selalu lo kasih buat gue."
"Haru, dulu lo pernah menyelamatkan nyawa gue, waktu gue hampir tenggelam di kolam renang. Lo kasih gue napas buatan, supaya gue bisa bernapas di dalam air. Dan, sekarang gue nggak bisa menyelamatkan lo, dengan memberikan napas buatan. Tapi, seengganya gue bisa membalas kebaikan lo itu."
"Maaf, ya." Clara mulai membungkukkan sedikit badannya, menangkup kedua pipi Haruto. Lalu, menempelkan bibir merahnya pada bibir Haruto, yang sudah tampak pucat pasi.
Dengan air mata yang masih menetes, Clara memberikan kehangatan itu untuk yang terakhir kalinya. Kemudian, ia tidak kuasa menahan sesak di dada, sebab kenangan bersama Haruto tiba-tiba saja terlintas di pikirannya. Dengan cepat ia menjauhkan bibirnya, seraya menutup wajah Haruto menggunakan kain putih itu. Dan, beranjak pergi dari sana sembari menangis.
"Huh," Clara terus membuang napasnya berat, dengan tubuh yang mulai tidak bertenaga.
Devano pun mendekat. "Clara, lebih baik lo pulang aja. Biar kita semua yang menjaga Haruto di sini, dan besok pagi kita semua yang bawa Haruto kembali ke rumahnya."
"Gue nggak bisa ninggalin Haruto, Vano," tolak Clara mengeluarkan Isak tangis.
"Tapi, lo harus istirahat. Lagi pula, Haruto nggak sendiri. Di sini ada gue, Keanu, Ajun, Gilang sama anggota geng Tiger."
Gilang pun menimpali, "Iya, Cla, lo pulang aja. Besok pagi, Haruto juga udah bisa dibawa pulang ke rumah. Dan, lo bisa ikut mengantarkan Haruto ke pemakaman."
"Buat malam ini, lo istirahat di rumah, ya. Kalo Haruto masih ada, dia juga nggak bakalan mau lihat lo semalaman di rumah sakit. Dia pasti khawatir sama kesehatan lo, dan suruh lo buat balik ke rumah," sambar Keanu.
Akhirnya, Clara pun mengiyakan permintaan mereka supaya pulang ke rumah. Sementara, mereka semua menunggu pagi di rumah sakit, supaya dapat mengantarkan jenazah Haruto kembali ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Novela Juvenil[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...