Kring!!
Suara bel masuk berbunyi, berbondong-bondong para murid pun berlarian, memasuki ruang kelas masing-masing. Namun, tidak dengan Clara yang justru berjalan santai di lorong kooridor. Walau sesekali murid yang lewat menabraknya, tetapi itu tidak membuat Clara meluruhkan senyum yang sejak tadi terkembang.
"Ra, buruan masuk kelas!" seru Keanu berlari bersama Devano, yang juga terlambat ke sekolah.
Gilang pun menyusul dari belakang, dan sudah lebih dulu berlari ke arah ruang kelas 12 IPA 2. "Pak Santoso di belakang, Cla! Cepet lari ke kelas!"
Namun, Clara tetap berjalan anggun dan penuh dengan senyum di wajahnya. Ia menarik jaket di lengannya, hingga ke siku. Lalu, memperhatikan pergelangan tangannya yang hanya membekas merah, tanpa ada goresan luka di sana.
Clara kembali mengingat sesuatu, yang mengharuskannya mengurung niat buruk itu. Kemarin, sebuah keputusan yang tiba-tiba saja terlintas di otak, membuatnya kehilangan kesadaran. Akan tetapi, Haruto datang hanya untuk menghapus air mata di kedua pipi Clara, sehingga kedua mata yang tertutup pun akhirnya terbuka lebar. Menangkap keberadaan sosok itu, yang lagi-lagi membuat senyumannya terkembang.
Kemudian, Haruto menghilang begitu saja dari hadapan Clara. Dan, tidak lama dering telepon telah menggugah Clara, untuk membuang pecahan kaca dari tangannya. "Hallo, Gavin." Panggilan telepon itu, yang membuat Clara akhirnya tidak melakukan bunuh diri. Begitu juga dengan bayangan dari sosok Haruto, yang langsung menghilangkan kesedihannya dalam sesaat.
Langkah tegas dari arah belakang, mulai di dengar Clara. Sehingga, sepasang kakinya terdiam di tempat dengan pandangan yang tertuju ke depan. Senyumannya luruh sebagian, karena mulut dan pipinya mulai kaku. Suara langkah itu lama-lama mendekat, tetapi seseorang langsung menarik tangan Clara, dan membungkam mulutnya menggunakan tangan satunya.
Bola mata Clara membulat, saat seseorang itu membawanya ke belakang tangga. Dengan pandangan yang berpusat satu sama lain, degup jantung pun mulai menggila. Clara mencoba menahan napas, saat laki-laki di hadapannya melepas bungkaman itu, sekaligus melonggarkan genggaman tangan di bawah.
Gavin, batin Clara dengan raut kaku dan tegang.
Laki-laki yang sudah menculik Clara dengan tiba-tiba, hanya untuk menyelamatkannya dari Pak Santoso. Dialah Gavin Adijaya, tanpa senyuman apalagi raut ceria di wajahnya. Tidak satu pun gigi putih itu menyeringai, akibat wajah yang terlalu datar.
"Lo ngapain," ujar Clara melangkah maju, tetapi Gavin justru menyentuh tembok di belakang Clara. Sehingga, pandangan itu kembali menumbuk hangat.
"Sssttt ...." Gavin meletakkan jari pada bibirnya. "Nanti ketahuan sama pak Santoso," kata Gavin berbisik.
Clara mengangguk, membuat Gavin kembali mencondongkan wajahnya pada Clara. Lalu, ia mengeluarkan sebatang cokelat dari saku Hoodie miliknya. Diberikan kepada Clara, tanpa senyuman. "Buat lo," ucapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Roman pour Adolescents[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...