"Lo beneran mau kasih tau, keputusan lo itu sekarang?" tanya Clara parau.
Haruto mengangguk, dengan bibir bawah yang dilipat singkat. Lalu, ia menyodorkan helm bogo kepada Clara, dan menyalakan mesin motor. "Kita mau ke mana?" tanya Clara kembali.
"Ke suatu tempat, yang tepat buat ...."
"Buat mengakhiri hubungan kita?" sambung Clara.
"Naik, atau gue tinggal?" Kali ini, Haruto melontarkan sebuah ancaman. Sehingga, Clara pun terpaksa untuk mengikuti perintahnya itu. Walaupun, Clara masih cukup bingung, dengan tingkah Haruto yang berbeda hari ini.
Malam itu, motor Kawasaki W175 bergaya retro; melaju. Bersama dengan embusan angin spoi-spoi, yang membuat bulu kuduk menaik sebab dingin. Hingga sorot lampu yang terpancar, dari motor Kawasaki itu pun redup. Mesinnya berhenti di sebuah tepi jalan, dekat jembatan.
"Lo mau ngajak gue bunuh diri?" tanya Clara lantang, tanpa berpikir dahulu sebelum mengeluarkan kata tersebut.
"Gue nggak segila itu," ucap Haruto setelah membuka helm-nya yang tanpa kaca. Lalu, disusul dengan Clara yang lebih dulu turun, seusai menyerahkan helm bogo pada Haruto.
"Terus, lo ngajak gue ke sini? Buat apa?" tanya Clara dengan posisi badan menghadap pada sungai, dari atas jembatan itu.
Haruto berdiri tepat di samping Clara, dengan pandangan yang tertuju padanya. "Keputusan gue, atas permintaan lo tadi. Gue menolaknya, dan mau lo minta putus berulang kali. Gue tetap akan menolaknya, mengerti?"
"Lagian, tadi gue juga cuman bercanda." Clara tertawa pelan, tanpa memandang Haruto.
"Tapi, bercanda lo nggak lucu, Ra," katanya membuat Clara menekuk wajah, dan tetap menatap air sungai di bawah sana.
Haruto mengulas senyuman miring, ia terus memperhatikan Clara dari samping; begitu lekat. Hingga perlahan, jaraknya semakin mendekat. Salah satu tangan Haruto pun, meringkuh tubuh Clara dari belakang, lalu memegang besi pembatas yang terdapat di pinggir jembatan itu. Membuat Clara tidak bisa berkutik, apalagi menjauh dari Haruto.
Clara terdiam, ia terus menelan ludah berkali-kali. Bola matanya membulat penuh, memandang tenangnya sungai di bawah sana. Sambil merasakan deru napas Haruto yang sangat terasa, di bagian leher belakangnya. Begitu dengan tangan besar Haruto, yang sudah diletakkan di atas tangan Clara.
"Happy birthday Clara Maurine Nasution, putri tidurku yang menyebalkan." Bisikan halus itu, tiba-tiba terdengar cukup kuat. Dan, langsung merangsang ke gendang telinga Clara.
Clara langsung berbalik, mendapati tubuh Haruto yang memiliki tinggi semampai, berada tepat di belakangnya. "Jadi, lo ...."
Perkataan Clara terhenti, mulutnya terbungkam rapat. Sebab, jemari panjang milik Haruto secara mendadak membungkamnya. "Maaf, ya. Gue udah buat lo marah, dan kecewa," ujar Haruto dengan tatapan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT to be SPECIAL || TREASURE [ REVISI ]
Novela Juvenil[ SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] Clara Maurine Nasution, yang memiliki catatan buruk di mata seluruh guru, serta murid SMA Bhineka Bangsa. Justru, memilih untuk berpacaran dengan Haruto Rasendra Pratama, yang dikenal pembuat...